Dalam Surah Al-An'am ayat ke 32 Allah SWT berfirman
Artinya: Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
Menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menyatakan bahwa maksud dari permainan dan senda gurau yang disampaikan dalam ayat tersebut yaitu tentang perkara -perkara yang dikerjakan dengan tujuan selain untuk mendapatkan perkenan Allah.Â
Kemudian di dalam tafsir yang lain juga dijelaskan dari sisi etimologi, dunia yakni berasal dari kata yang artinya rendah atau dekat ini memang senada dengan sifat dunia. Dunia bersifat dekat, fana alias sangat cepat untuk usai.
Beranjak dari penafsiran di atas sebagaimana yang dipahami oleh segelintir orang tentang kehidupan dunia yang hanya sebentar, maka dari kenyataan tersebut mestinya muncul kesadaran bahwa sifat dunia yang cenderung fana harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.Â
Eksistensi manfaat yang dimaksud tidak sebatas dengan melakukan ibadah mahdhah saja akan tetapi perlu ditunjang dengan ibadah yang bersifat ghairu mahdhah. Adapun contoh penerapan ibadah ghairu mahdhah meliputi bekerja, mencari ilmu, muamalah maupun jenis ibadah ghairu mahdhah lainnya.
Penekanan terhadap ibadah ghairu mahdhah menjadi entitas yang perlu ditekankan kepada umat islam. Bukan tanpa alasan, salah satu yang menjadi penyebab tertinggalnya umat Islam diduga karena adanya ketidakseimbangan antara pelaksanaan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.Â
Tidak jarang ditemukan segelintir orang yang menganggap bahwa melakukan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan Allah merupakan sesuatu yang tidak penting sehingga tidak menjadi keharusan untuk diprioritaskan.Â
Munculnya anggapan ini kemudian melahirkan perspektif di tengah masyarakat Islam khususnya di era sekarang yang beranggapan bahwa mengejar dunia merupakan tindakan yang tidak begitu penting mengingat dunia hanyalah permainan belaka maka untuk apa diperjuangkan.
DR. Mohammad Nasih M.Si. mengumpamakan redaksi "permainan" dalam informasi yang disampaikan Al-Qur'an sebagai sebuah mobil mainan yang seringkali menjadi penyebab pertengkaran baik antara teman dengan teman yang lain maupun antara kakak dengan adiknya.Â
Manakala seorang ayah atau ibu merasa kurang nyaman dengan keributan yang terjadi akibat pertengkaran tersebut, muncul tawaran kepada sang kakak berupa mobil asli alias bukan semata-mata mobil mainan apabila ia mau mengalah pada adiknya.Â
Dari perumpamaan ini setidaknya tidak jauh berbeda dengan berbagai tawaran Allah kepada hambanya yang mau mengalah memberikan dunia dengan perumpamaannya sebagai permainan ini kepada orang yang lebih membutuhkan permainan tersebut.Â
Bila diperumpamakan seperti demikian maka secara logika seseorang akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik ketika ia memiliki sesuatu yang bisa ia korbankan.
Misalnya seseorang yang punya banyak harta, dengan penuh keikhlasan ia memberikan sebagian hartanya itu kepada orang yang membutuhkan. Harta dan segala sesuatu yang disebut gemerlap dunia mustahil didapatkan dengan cara instan tanpa usaha.Â
Sehingga dari perumpamaan kecil ini seharusnya dapat meluruskan perspektif keliru bahwa tidak ada larangan bagi umat Islam untuk meletakkan dunia di genggamannya.Â
Tidak masalah apabila dibalik perjuangan mengejar dunia terdapat tujuan mencari ridha Allah di akhirat. Kesimpulannya adalah nasib seseorang di akhirat ditentukan oleh bagaimana nasib ia selama hidup di dunia.Â
Dengan demikian manfaatkanlah permainanmu maksudnya dunia ini dengan sebaik-baiknya.
Wallahu A'lam Bisshowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H