Another Kompasiana's gathering! Sore tadi sekitar pukul tiga sore di Tartine Cafe, FX Sudirman Jakarta, saya bersama sekitar 50an kompasianer lain berkesempatan mengikuti diskusi bersama Bapak Fasli Jalal dari BKKBN bertemakan "Problematika Kependudukan Indonesia". Inilah yang saya suka dari Kompasiana Nangkring. Adalah kali kedua saya mengikuti gathering semacam ini namun teman-teman kompasianer lain benar-benar bersahabat dan tidak memandang 'status' saya yang ibaratnya masih anak ingusan di dunia kekompasianaan. hehehe. Kembali ke acara Kompasiana Nangkring. Di acara yang merupakan kerjasama Kompasiana dengan BKKBN ini, disajikan beberapa pembicara untuk memfasilitasi diskusi yang luar biasa menarik. Di antara mereka adalah Bapak Fasli Jalal dari BKKBN dan Ibu Ninuk dari redaksi Kompas yang keduanya dimoderatori oleh Bapak Iskandar Z., salah satu kompasianer. Setelah melakukan registrasi, mendapatkan starter pack berupa merchandise dari BKKBN, dan menikmati snack pembuka, acara pun dimulai dengan pemutaran video tentang kegiatan-kegiatan BKKBN di daerah. [caption id="attachment_269162" align="aligncenter" width="368" caption="Starter pack untuk tiap peserta"]
Setelah sambutan dari Bapak Fasli, acarapun dimulai dalam format diskusi. Diskusi kali ini lebih bersifat komunikatif karena sarat akan dialog antara peserta dan pembicara. Tak hanya pertanyaan kritis atau opini kuat yang diajukan oleh peserta, para peserta ini juga memberikan ide-ide konstruktif dalam menekan laju pertumbuhan penduduk sampai-sampai Pak Fasli memberikan apresiasi luar biasa bagi para peserta yang tidak lain adalah kompasianer di sekitaran Jakarta. Salah satu yang menarik perhatian adalah gagasan Bapak Pangeran untuk mengubah istilah KB (Keluarga Berencana) menjadi Keluarga Bermutu yang dianggap lebih aktual dan relevan untuk saat ini.
[caption id="attachment_269168" align="aligncenter" width="300" caption="Ramainya kompasianer. Pak Pangeran (kacamata)"]
Dalam diskusi kali ini, Ibu Ninuk juga tak luput memberikan suaranya terkait tema kependudukan yang tengah dibahas. Menanggapi opini peserta tentang kondisi masyarakat di pelosok yang minim informasi tentang Keluarga Berencana dan akses untuk alat kontrasepsi, Ibu Ninuk mengungkapkan bahwa sebenarnya bidan di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam hal tersebut. Sayang, begitu banyak bupati daerah yang enggan mendanai bidan-bidan di pelosok tersebut sehingga menurunkan semangat para pahlawan medis ini.
[caption id="attachment_269165" align="aligncenter" width="300" caption="(ki-ka) Ibu Ninouk, Bapak Fasli Jalal, dan moderator"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H