Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangsa Indian Meninggalkan Anaknya di Hutan, Tega?

5 Oktober 2024   00:33 Diperbarui: 5 Oktober 2024   00:36 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rites of passage | foto: americangallery.wordpress.com, timburt.org

Pernahkah Anda ditinggalkan orang yang paling dikasihi? Bagaimana rasanya? Sedih? Takut? Kecewa? Putus asa? Mendendam?

Waktu SD, aku dan adikku pernah ditinggal di rumah oleh orang tua. Hari itu Minggu, musim hujan. Mereka bilang pergi ke gereja, namun hingga siang tak kunjung pulang. Turun hujan. Deras.

***

Setiap orang tua pasti ingin mengasihi anaknya. Saking sayangnya, mereka akan menjaga, melindungi begitu rupa, dan dikurung kalau perlu supaya tidak celaka di luar rumah. Protektif banget. Apalagi kalau anak tunggal. Dari makanan, pakaian, pendidikan sampai mainan berikut fasilitasnya diberikan yang terbaik.

Orang tua berpikir, dengan memberi fasilitas dan pendidikan terbaik, anak akan menjadi dewasa dan berhasil di masa depan. Namun, tidak demikian dengan Bangsa Indian. Mereka punya cara unik dalam menyiapkan anaknya menjadi dewasa.

Cara Suku Indian

Bangsa Indian, terutama suku-suku asli Amerika, punya cara mendidik anak yang erat dengan budaya, tradisi, dan nilai-nilai spiritual. Pendidikan anak-anak hingga mereka dewasa biasanya dilakukan secara informal, namun sangat terstruktur secara sosial dan berakar pada hubungan dengan alam, masyarakat, dan leluhur. Berikut metode pendidikan yang dilakukan Bangsa Indian kepada anaknya.

1) Learning by doing

Anak-anak Indian diajarkan keterampilan hidup sejak muda melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Mereka belajar berburu, bercocok tanam, membuat kerajinan, meramu obat-obatan alami, dan keterampilan lainnya dari orang tua, kakek-nenek, serta anggota komunitas.

2) Rites of passage (upacara inisiasi)

Suku Indian memiliki upacara inisiasi yang menandai peralihan seorang anak menuju dewasa. Upacara ini berkaitan dengan ujian fisik, mental, dan spiritual, yang bertujuan mengajarkan nilai-nilai keberanian, ketahanan, dan tanggung jawab. Contohnya Vision Quest, sebuah ritual yang melibatkan isolasi di alam untuk mencari petunjuk spiritual bagi masa depan.*

3) Elders (peran orang tua)

Orang tua dan tetua memberikan nasihat, mengajarkan nilai-nilai moral, dan menjadi teladan hidup sesuai dengan adat dan tradisi. Bimbingan ini bersifat holistik, mencakup aspek spiritual, sosial, dan emosional.

4) Oral tradition 

Melalui cerita lisan, orang Indian mengajarkan hikmah, sejarah, dan ajaran moral yang penting. Dengan cara ini, orang dewasa muda belajar tentang sejarah suku mereka, serta nilai-nilai keberanian, kebijaksanaan, dan rasa hormat terhadap alam dan leluhur.

5) Community 

Dewasa muda dilibatkan dalam kegiatan sosial dan upacara keagamaan untuk menegaskan peran mereka dalam komunitas melalui sesama dan alam yang menjadi bagian penting dari hidupnya. Hal ini membantu mereka memahami bahwa mereka adalah bagian dari jaringan sosial yang lebih besar dengan peran dan tanggung jawabnya.

6) Spirituality

Spiritualitas menjadi bagian tak terpisahkan dalam budaya Bangsa Indian. Anak-anak muda belajar berdoa, menghormati alam, serta menjalani kehidupan yang selaras dengan prinsip spiritual suku mereka. Mereka juga diajarkan untuk selalu berhubungan dengan roh leluhur dan mencari bimbingan melalui alam serta mimpi.

Dari metode di atas, ada satu yang paling menarik buatku, yakni rites of passage (upacara inisiasi). Joseph Epes Brown dalam "The Sacred Pipe: Black Elk’s Account of the Seven Rites of the Oglala Sioux" menjelaskan Vision Quest adalah bagian penting dari proses menuju kedewasaan dalam sukunya.

Bangsa Indian punya cara unik untuk menguji apakah seorang anak sudah dewasa atau belum. Bukan dari usianya, sudah puber atau belum, maupun ukuran tubuhnya. Melainkan meninggalkannya sendirian di dalam hutan. Maksud...? 

Seorang anak yang memasuki usia dewasa diajak pria yang bukan ayahnya ke hutan dengan mata tertutup. Saat hari gelap, tutup matanya dibuka. Ia diminta menunggu di dalam hutan sepanjang malam sampai terbit mentari. Anak ini tidak boleh pergi ke mana pun, tidak boleh menangis apalagi berteriak.

Hutan itu sangat gelap. Udara dingin, suara dahan pepohonan bergesekan, suara binatang malam dan lolongan serigala membuat suasana kian mencekam. Bagaimana kalau ada binatang buas seperti ular, beruang, atau harimau yang menyerang? Tega sekali!

Anak itu ingin berteriak dan lari. Namun, ia tidak boleh melakukannya agar bisa lulus. Pagi pun tiba, sinar mentari nampak. Ayahnya keluar dari balik pepohonan dengan memegang senapan. Ya, ayahnya menjaganya sepanjang malam. Sang Ayah pun bangga, "Kamu sudah dewasa anakku."

Alih-alih tindakan tanpa dukungan, meninggalkan anak di dalam hutan untuk menguji kedewasaaan adalah ritual yang sangat terstruktur untuk memberikan pelajaran hidup yang mendalam serta hubungan spiritual yang lebih kuat dengan alam serta leluhur Bangsa Indian.

***

Hujan deras itu, Bapak-Ibuku pulang, nampak dari suara motor tahun 80-an. Ibu memangku sepeda baru. Hadiah buatku karena aku sudah naik kelas. Senangnya! --KRAISWAN

Referensi: 12

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun