Anak kami hampir tiga tahun. Beberapa teman menggoda, adiknya kapan nih? Wah.... Urusan punya anak ini rumit, melibatkan banyak hal, banyak pihak, dan kepentingan.
Berapa jarak ideal untuk punya anak? Setahun, dua, lima? Jawaban paling tepat adalah sesiapnya Ayah, Bunda dan anak. Ya siap mental, dompet, dan mental sang anak. Banyak anak yang jika ditanya tidak mau punya adik. Jawabannya beragam. Tidak ingin kasih orang tua terbagi, tidak ingin direpotkan seperti anak tetangga.
Orang tua memegang peran
Aku dua bersaudara (adik cewek), istriku empat bersaudara (2 cowok-2 cewek), kami sama anak sulung. Meski lahir dan dibesarkan dari pulau, adat, dan nilai berbeda, ada kemiripan tentang hubungan bersaudara. Meski sering berantem, bahkan ada rasa iri, punya saudara itu menyenangkan. Kalau ketemu berantem, kalau berjauhan kangen. #3 Kalau punya saudara, susah senang ada temannya.
Aku dan istri menganggap anak adalah pribadi yang harus dihargai pendapat, pikiran, dan perasaannya. Maka, kami melibatkan anak dalam setiap urusan keluarga sedini mungkin. Dari memilih baju sampai mengelap lantai.
Saat di rumah teman atau di Sekolah Minggu, anak masih sulit berbagi, tapi maunya meminta makanan atau mainan teman. "Wah, #4 harus punya adik nih, biar belajar berbagi," ujar seorang guru Sekolah Minggu.
"Bang, kamu mau punya adik, ndak?"
Demikian tanyaku pada batita ini. "Iya," katanya. Entah "iya" mengerti atau asal jawab. Kalau program anak sekarang, maka jarak dengan abangnya nanti bakal 4 tahun.Â
Buat indikator kesiapan anak
Selain orang tua, kesiapan anak juga penting diperhatikan. Kami membuat beberapa indikator: 1) Lepas popok, 2) Tidak lagi minum di botol, 3) Bisa diajari mandiri. So far, ketiga indikator itu sudah terpenuhi. Kantong bapaknya yang belum mengizinkan, hehe.