Apa Dampak Kenaikan Harga Kopi di Tanah Air?
Kenaikan harga kopi robusta idealnya meningkatkan kesejahteraan di sentra-sentra kopi. Kompas meliput panen raya di Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jatim, dan Sulawesi Selatan pada Juni-Juli. Para petani bergairah menyambut panen karena harga buah dan biji kopi yang bagus.Â
Mereka bisa meraup Rp 75 juta/hektar dengan asal memanen buah kopi. Bahkan, jika memanen kopi yang merah, petani bisa mendapat Rp 100-120 juta/hektar. Nilai jual yang menggiurkan ini turut mendongkrak konsumsi di masyarakat.
Di sisi lain, kenaikan harga kopi mengguncang kedai kopi. Pengelola harus menghitung ulang harga. Jika harga biji kopi naik 3 kali lipat, berapa kenaikan harga untuk segelas kopi? Berikutnya pecinta kopi juga menderita jika harga kopi mahal.
Tantangan Terbesar Perkopian di Indonesia
Bicara hasil panen, petani dan lahan menjadi kuncinya. Jika ingin hasil panen bagus, pemerintah harus memberi dukungan serius dan konsisten kepada petani. Sedangkan, Menteri Pertanian malah korupsi.
Meski harga kopi tinggi, petani belum mendapat hasil maksimal. Sebab, kebun kurang dirawat sehingga hasil panennya minim.
Menurut data Kementan, produktivitas kopi di Indonesia rendah karena tanaman kopinya di atas usia produktif (di atas 20 tahun). Pertanian kopi arabika Sumatera menghadapi masalah serius, karena produksinya sangat rendah, hanya 600 kg/hektar/tahun dari potensi 2,5 ton.
Selain banyak tanaman tua tak kunjung diganti, petani menggunakan kopi varietas rendah. Mereka kesulitan mendapat bibit kopi yang berproduksi tinggi, tahan hama dan penyakit, serta dapat menyesuaikan perubahan iklim. Nah, di sinilah peran sarjana pertanian diperlukan.
Bagaimana Menghadapi Tantangan Perkopian?