Realita: anak kami adalah satu peserta yang ngambek itu. Boro-boro mau membalap temannya. Bergerak barang satu mili dari posisinya pun tidak. Bagaimana mau juara kalau begitu?
Meski tak juara satu, anak kami tetap juara di hatiku (dan istri). Kami tidak kecewa atau marah, justru menguatkannya, tetap mendukungnya karena ia sudah mau berusaha. Rupanya anak kami masih ngantuk, baru bangun tidur dari rumah Mbah.
Bagaimana perlombaan di tempatmu? --KRAISWANÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!