#1 "Gila! Gue sudah kerja mati-matian, berkorban bertahun-tahun, tapi apa yang gue dapet? Bukannya kenaikan gaji, malah komentar menyakitkan! Gue muak!"Â
#2 Seorang pemuda merasa hidupnya direnggut. Ia dibebastugaskan, batal menikah karena di-ghosting calon istri, menanggung hutang orang tua, diteror penagih hutang. Dicibir oleh teman-teman dan ditinggalkan kerabat. Satu-satunya harapan adalah mengakhiri hidup.
Burnout, itu yang dialami para orang seperti di atas. Burnout, kondisi sangat kelelahan secara fisik dan psikis, sehingga menurunkan produktivitas. Lebih parah, kehilangan akal sehat dan menyerah pada hidup. Terjemahan dari burnout adalah pemadaman. Pikiran, perasaan dan kepala yang panas memang harus didinginkan. Jika tidak bisa meledak.
Burnout tanda knock out (?)
***
Kelelahan bisa dibagi menjadi dua, yakni kelelahan fisik dan emosional. Secara fisik jika badan kita bekerja lebih dari delapan jam sehari, fisiknya kelelahan. Badan pegal-pegal, kepala sakit, dan tidak fokus bekerja. Kelelahan emosional lebih parah dampaknya. Karena psikologi dan pikirannya terganggu, koodinasi tubuh jadi kacau.
Awal 2024, aku berkesempatan menjadi anggota KPPS. Kukira jam kerjanya normal seperti orang kantoran, 8 jam sehari. Setidaknya, pagi sampai sore lah.
Detail pekerjaan menuntut tubuh bekerja hampir 24 jam! Hanya jeda makan, dan duduk sebentar. Hingga berganti hari, harus mengawal kotak suara sampai ke kantor kecamatan. Sampai di rumah, yang diinginkan hanya satu: tidur.
Kelelahan emosional juga pernah. Aku memberi les privat pada anak yang agak unik. Anak lelaki kelas 4 SD, anak dari pemilik perusahaan besar, sekolahnya berlevel internasional, dan anak tunggal.
Aku mengajarinya Matematika, harus dalam Bahasa Inggris. Aku juga bisa sedikit, meski dulu saat SD pernah dicaci anak tetangga karena tak paham pembagian bersusun. Anak ini tidak fokus, sering memainkan benda-benda, tidak mau menulis dengan rapi, punya metode sendiri untuk mengerjakan soal, jawabannya salah. Diberi tahu malah ngeyel. Capek!
Kelelahan bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti banyak pekerjaan, ada masalah dengan orang lain, kinerja diragukan atasan, atau tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan. Akhirnya, berpindah-pindah tempat kerja. Padahal bekerja di mana pun selalu ada masalah dan tantangan.
Elia sebagai nabi juga mengalami kelelahan luar biasa karena harus mengerjakan tugas yang berat, yakni melawan nabi-nabi palsu, ditambah kebebalan orang Israel, akan dibunuh Izebel. Saking berat beban yang menimpa, ia ingin bunuh diri!
Atas kondisi itu, Elia menjauhkan diri ke padang gurun. "...Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." (1 Raja-raja 19:4) Setelah itu, Elia berbaring dan tidur di bawah pohon arar saking lelahnya.
Tiba-tiba, seorang malaikat menemui Elia, memintanya untuk makan dan minum. Di dekatnya sudah tersedia roti bakar dan kendi berisi air. Dari mana datangnya? Jangankan hanya roti dan kendi, membuat anak dari batu-batu pun bisa dilakukan Allah. Maut dikalahkan melalui perngorbanan Yesus di kayu salib.
Setelah makan, bukannya segera melanjutkan perjalanan, Elia malah tidur lagi. Elia belum bisa move on. Malaikat datang lagi, membangunkan Elia, memintanya kembali makan. Sebab perjalanannya akan sangat berat. Dari kisah Elia, kita belajar beberapa hal.
1) Setiap kita pernah menghadapi masalah
Elia sebagai nabi pun mengalami masalah berat, sampai burnout dan ingin mati, terlebih kita manusia biasa. Masalah datang, wajar. Namanya juga hidup. Tapi, Tuhan berjanji akan menolong dan menyertai. Seperti malaikat yang diutus Allah untuk membangunkan Elia, menyediakan roti dan air.
2) Lihat berkat dan kebaikan Tuhan
Seorang pendeta membawa selembar kertas putih. Ia menempelkan kertas itu tepat di mukanya. Apa yang dilihat? Hanya kertas putih. Itu yang terjadi kalau kita hanya berfokus pada masalah. Padahal di sekitar kita ada pemandangan dan orang-orang yang bisa kita ajak mengobrol. Bukan pada masalah, berfokuslah pada Tuhan yang terus menopang.
3) Bukan roti dan air, tapi Tuhan
Tidak disebutkan detail, apa jenis roti dan air yang dikonsumsi Elia. Mungkin roti biasa. Tapi setelah tidur dan makan dua kali, disebutkan, oleh makanan itu Elia kuat berjalan 40 hari 40 malam. Tidak disebutkan apakah dalam 40 hari itu Elia makan atau tidak. Tapi fokus kita bukan pada roti atau air, tapi pada tangan Tuhan yang menopang.
Kemurahan Tuhan ditunjukkan bukan hanya dari roti dan air. Pertama, pohon arar. Di padang gurun jarang sekali ada tanaman. Di dekat Elia ada pohon arar yang bisa dijadikannya berteduh dari terik, bahkan tidur. Orang yang burnout sampai stres, harus minum obat agar bisa tidur.
Kedua, bisa berjalan selama 40 hari 40 malam berkat makanan yang disediakan malaikat. Bandingkan Kisah Yesus saat berpuasa 40 hari 40 malam, di padang gurun juga. Tuhan menciptakan tubuh kita demikian tangguh. Tidak akan langsung mati meski tidak makan 40 hari. Berikut beberapa tips untuk mengatasi kelelahan:
1) Mencari dukungan orang lain
Sebagai makhluk sosial, kita membutuhkan orang lain. Terlebih saat mengalami burnout, sangat memerlukan dukungan orang lain.
2) Mendengar musik/melakukan hobi
Musik bisa membuat kita rileks. Bagi sebagian orang, bisa me-recharge energi. Alunan nada dalam musik bisa menenangkan pikiran, bisa membasuh hati yang terluka.
3) Tidur
Tuhan mengatur pergantian siang dan malam di Bumi. Malam adalah tanda untuk beristirahat/tidur. Tidur bisa merelekskan otot, saraf dan organ tubuh, memulihkan tubuh agar kembali fit.
4) Olahraga
Olahraga juga bisa memperlancar peredaran dalam tubuh. Dengan begitu, tubuh akan lebih rileks. Otot dan saraf juga bisa secara optimal. Tidak perlu skill khusus, joging selama 30 menit pun cukup.
5) Fokus pada apa yang mau dikerjakan
Bagaimana mau fokus kalau sumber burnout-nya ada di tempat kerja? Kita tidak bisa mengatur orang lain, tapi bisa mengatur pikiran kita. Bekerja sesuai job desc, tetap bersikap ramah pada rekan kerja. Percayalah, pekerjaan kita pasti akan mendapat berkah. --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H