Aku suka apa adanya, tidak dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangkan. Sesuai realita adanya. Tidak ada unsur menipu, dibuat-buat, atau manipulasi.
Tipe pertama orang tua saat mengambil rapor adalah apa adanya. Tapi apa adanya ini agak laen. Hanya memberi salam, menerima lembaran rapor dan penjelasan guru, lalu sudah.
Gitu aja? Iya. Tidak mengkroscek bagaimana anaknya kalau di sekolah, apakah ada kesulitan atau masalah, apakah perlu tindakan orang tua. Apa yang disampaikan guru cukup sebagai informasi. Tidak perlu membahas yang lain.
2) Pencari tahu
Dalam 1 x 24 jam, anak menghabiskan 8 jam waktu di sekolah (1/3 waktu harian). Pulang sekolah mainan HP atau les. Pulang ke rumah saat petang, istirahat, makan, lalu cek jadwal esok hari sebelum tidur.
Berapa waktu efektif yang dinikmati dengan orang tua? Besar jadi, tidak sebanyak saat di sekolah. Maka, idealnya orang tua menanyakan kegiatan anaknya saat di sekolah. Tidak bisa bertanya di hari biasa, saat penerimaan rapor waktu terbaik.
Aku angkat topi pada orang tua yang mencari tahu kabar anaknya. Salah satunya seperti pembuka di atas.
Selain peduli pada anak, orang tua tipe ini menghargai peran guru di sekolah, yang sehari-hari bersama anak. Ada pula orang tua lengkap (Bapak-Ibu) yang selalu mengambil rapor berdua betapa sibuknya mereka. Yang mengambil sendiri pun keren!
3) Tidak peduli
Nilai jelek pada rapor adalah satu pukulan bagi anak. Yang lebih menyayat hati, kalau rapor tak diambil.
Beberapa alasan orang tua tidak mengambil rapor: belum lunas administrasi, keburu liburan, ada keperluan (nikahan saudara atau berobat misalnya), pekerjaan tak bisa ditinggal, sampai tidak memberi kabar. Lewat berbulan-bulan tak diambil juga.