Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Bagaimana Menangani Anak Sulit Berbagi?

19 Juni 2024   12:38 Diperbarui: 19 Juni 2024   18:30 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak berbagi mainan | foto: theasianparent.com

Sebagai orang tua bijak, setiap kita ingin anak bisa berbagi kepada sesama. Sebab, sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri. Berbagi menjadi salah satu cara untuk menjalin kehidupan sosial yang baik.

Anakku laki-laki, berusia 2,5 tahun. Selain mengajarkan kata-kata ajaib "tolong", "maaf", dan "terima kasih", kami juga sering mengajarkan anak untuk berbagi makanan maupun mainan. Dalam momen ulang tahunnya atau menjelang Natal, kami ajarkan dia berbagi kepada tetangga, kerabat, dan orang yang membutuhkan.

Kami ajarkan anak memberi makanan kepada Mbah, uang pada juru parkir maupun pengamen. Tak hanya itu, beberapa kali mengajaknya bermain ke tempat umum, kami mengajarinya bergantian dengan anak lain. Sampai di sini ia perlahan bisa menurut.

Sampai suatu hari....

"Tidak! Ini punyatu! Pergi tamu!  (Ini punyaku! Pergi kamu!)," ujar anakku, keluar logat Bataknya. Astaga, orang tua mana yang tidak sedih, anaknya yang masih batita sudah diajari berbagi, sudah rajin diajak ke Sekolah Minggu, tapi bisa berkata begitu pada temannya. Alhasil, anak tetangga itu menangis meronta-ronta.

Ceritanya, suatu sore ada kerja bakti di lingkungan RT-ku. Orang dewasa membereskan depan rumah masing-masing, anak-anak bermain. Ada yang bermain sepeda, mobil-mobilan, maupun sekedar duduk. Anakku suka keluar masuk ke rumah tetangga--yang mana punya banyak mainan--lalu mengambil mainan yang diinginkan. Miniatur pespa, mobil-mobilan, setir mobil mainan, dan banyak lagi. Itu pun tanpa izin meski kami sudah mengajari, sehingga kami yang memintakan izin. Syukurnya, tetangga kami ramah dan pengertian.

Sore itu, anak kami mengambil senapan mainan yang bisa berbunyi seperti kitiran (kincir). Hari-hari ini, ia suka menonton Go Go Dino, sehingga punya imajinasi menembak musuh. Mulai dari tongkat bambu, guling kecil, sampai centong jamu mamanya dipakai bak senapan. "Dor dor dor dor!" ujarnya menirukan suara tembakan.

Melihat senapan mainan itu, apalagi bisa berbunyi, riang gembira anak kami. Dibawanya mainan itu masuk ke rumah. Lalu anak tetanggaku lainnya masuk ke rumah kami. Ia sudah biasa main ke rumah, sebagaimana anak kami juga biasa main ke rumah Kakungnya. Beberapa waktu lalu, anak kami bisa berbagi bola dengan temannya ini, istriku mendokumentasikannya.

Kali ini, anak kami enggan berbagi. Ia mengklaim mainan itu miliknya, tidak boleh dipinjam. Padahal dia juga meminjam dari orang lain. Syapek deh!

Kenapa tidak dibelikan mainan sendiri?

Jujurly, kami tidak punya uang berlebih untuk membeli mainan. Lagi pula, anak kami mendapat banyak pemberian mainan dari adik kami, kakak rohani, tetangga, dan teman-teman kami yang sangat murah hati. Makin banyak mainan, makin berantakan rumah.

Bukannya tidak pernah, kami membelikan mainan dalam jumlah seperlunya. Bukan membelikan berbagai jenis mainan, apalagi yang harganya mahal, yang akan membuat anak bahagia. Tapi, meluangkan waktu bersama anak, itu yang jauh lebih penting. Entahkah untuk bermain bersama, membacakan cerita, atau jalan-jalan ke tempat wisata.

Selain itu, mengajari anak bertanggung jawab atas mainannya juga penting. Menjaganya agar terawat, lalu mengembalikan ke tempat yang benar selesai dipakai. Ini lebih penting dari banyaknya mainan yang kita bisa berikan.

Mungkin sebagian Anda punya helper di rumah. Jika tidak, biasanya mamanya yang akan kelelahan membereskan mainan yang berceceran di seluruh sudut rumah. Poinnya, kalau kita tidak mengajari anak menjaga mainannya, ia akan sulit menjadi orang yang bertanggung jawab. Anda mau anak seperti itu?

Kenapa anak sulit berbagi?

Guru Sekolah Minggu anakku pernah berujar, anak batita yang sulit berbagi adalah sesuatu yang wajar. Kita tidak boleh melabeli dengan "pelit", "egois", "nakal", atau kata-kata lain yang nadanya negatif.

Melansir dari haibunda.com, anak usia 1-3 tahun belum paham artinya berbagi. Mereka belum bisa melakukan apa yang tidak dipahami. Jika anak belum siap berbagi, jangan dipaksa saat itu juga. Anak batita masih dalam proses membangun percaya diri, kebanyakan dengan cara memiliki. Yang mereka tahu, benda miliknya adalah miliknya. Orang lain tidak boleh meminta atau meminjam. Ini justru menjadi cara anak belajar bahwa mereka adalah individu. 

Selain itu, ada tiga faktor lain mengapa anak belum mau berbagi yakni rasa kepemilikan yang kuat, empati  yang masih terbatas, dan pengaruh lingkungan. Faktor pertama dan kedua internal dalam diri anak, sedang faktor ketiga adalah eksternal di mana orang tua bisa mengajar dan memberitahu anak.

Pentingnya melakukan review

Setelah kejadian rebutan itu, aku dan istri melakukan review (mengulas). Review di sini adalah untuk mengkonfirmasi dan menanamkan nilai yang benar kepada anak. (Kami juga melakukannya menjelang anak tidur.) Meski tak langsung paham, kami terus mengajarinya. "Kamu kan juga minjem tembakan ini. Kalau ada teman lain yang mau pinjam, ya harus dipinjamkan" ujarku seperti mengajar di kelas. Wajah anakku masih merengut (kusut).

"Kalau kamu ndak mau berbagi, nanti temanmu nangis, sedih. Nanti kamu ndak ada temannya lho!" istriku menyambung. Ini yang penting. Kami sepakat dalam mendidik anak tentang nilai-nilai yang benar, termasuk agar mau berbagi. 

Pasca menangis histeris, anak tetangga tetap mau main ke rumah. Begitulah anak-anak, mudah tersinggung, mudah melupakan kesalahan. Ia membawa miniatur sepeda mainan dan dilihat anakku. Tangan kirinya memeluk senapan mainan, tangan kanan hendak meraih sepeda mainan. 

Aha! Ini adalah momen yang tepat untuk mengajari anak. Kalau anakku ingin pinjam miniatur sepeda temannya, ia harus meminjamkan senapan mainannya. Problem solve. --KRAISWAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun