Melihat ragu di wajahku, belum juga aku menanggapi, si pawang langsung memangkas harga, "Rp20.000 saja tidak apa, Mas, mari," ternyata masih terjangkau. Maka kami ambil.
Aku segera mendekatkan anakku pada kuda putih yang rambutnya dikepang. Ternyata benar, meski anakku antusias pada kuda kalau didekatkan takut juga. Masih bagus ia tidak histeris, bapaknya dulu diajak melihat motor trail langsung meronta-ronta tak mau berhenti menangis.
Meski aku, istri dan si pawang sudah membujuk, si bayi tak mau naik. Akhirnya aku nego, bisakah aku ikut naik?
"Kalau sama jenengan (kamu) biasanya Rp30.000 mas, tapi Rp25.000 tidak apa-apa, mari."
Agak lucu bapak pawangnya. Kalau pun diminta bayar Rp30.000 aku juga mau. Tapi, dia patok harga tetap Rp25.000 (harga awal). Ya, semoga menjadi berkah buat bapaknya dan kami, khususnya anak kami.
Anakku sudah berpegangan, kakiku sudah berada di pijakan (meski agak susah karena sendalku kebesaran).
Si pawang pun menginstruksikan si kuda agar berjalan. Anakku sudah tenang, kini aku yang senewen. Meski cuma berjalan, gerakan kuda ini terasa asing bagiku. Seperti mau roboh rasanya! Ya, sudah sebesar ini, baru pertama aku naik kuda, hehe. (Dalam perjalanan pulang istriku puas mengejekku)
Kami diajak mengitari sekitar 1/3 lapangan. Cukup sepadan dengan ongkos sekian, apalagi mengangkut dua orang. Anaknya tenang, bapaknya girang.
Sepanjang perjalanan aku sempatkan mengobrol dengan si pawang. Bapaknya cukup ramah. Begitu sampai, si pawang masih dengan ramah mengizinkan anakku untuk tetap di atas kuda kalau mau. Dan tentu saja ia enggan tanpa aku ikut naik.