Aku san istri memesan masing-masing Caramel latte hot dan matcha ice. Paduannya pisang goreng cokelat keju. Harga tiap menu berkisar 25-30 ribuan. Cukup terjangkau.
Sambil menyeruput minuman masing-masing, kami mengobrol dan menikmati Gunung Merapi berjarak hanya sekitar 5 km di depan sana. Indahnya pemandangan ini!
Menikmati pemandangan dan menjadi produktif
Satu lagi berkat yang kami rasakan. Selain menikmati pemandangan, kami menjadi produktif. Maksud...?
Aku bisa menulis artikel di Kompasiana, istriku bisa menghafal ayat dan merekam dalam video dengan pemandangan Merapi. Istriku ikut komunitas Bible Reading Group (BRG). Tiap bulan ia harus menghafal ayat dalam video dan dikirim ke grup WA. Ini juga jadi salah satu usaha mengejar pertumbuhan bagi istriku dan para istri lainnya. Bersyukurlah aku!
Penutup
Hampir empat jam kami nongkrong, padahal saat berangkat mengira hanya dua jam. Pemandangan seindah ini, sayang jika hanya dilihat sepintas. Sampai kabut seluruhnya menutupi Merapi, barulah kami beranjak. Jika tidak begitu, mungkin sampai maghrib pun kami rela di sini, hehe.
Sebelum beranjak, istriku kekeuh supaya aku menanyakan pihak resto. Ada sepetak lahan kosong yang datar di bawah tempat parkir. Apakah bisa mendirikan tenda di sana? Pemandangannya sempurna untuk camping.
Aku ragu, sebab mereka menyewakan kamar. Meski sempat bersitegang, aku menanyakan juga. (Begitulah, dalam banyak hal aku dan istri sering beda pendapat karena beda persepsi. Tapi, ujungnya sepakat juga.)