Tanpa campur tangan Allah, mustahil para perempuan itu bisa membuka pintu kubur. Lagi pula, kuburnya dijaga prajurit, belum tentu mereka mengizinkan para perempuan untuk masuk ke kubur dan mengurapi jasad Yesus.
Malaikat itu tahu maksud kedatangan Maria dan kedua temannya. 16:6 tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: "Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.
Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu.
16:8Yesus sudah bangkit! Kubur kosong dan kesaksian malaikat menjadi bukti bahwa Ia benar-benar bangkit dari kematian. Yesus sendiri juga menampakkan diri kepada para murid-Nya untuk menguatkan iman mereka.
"Bangkit untuk Menata Kehidupan," demikianlah tema Paskah tahun ini. Mari kita mengambil refleksi dari kisah kebangkitan Yesus. Malaikat Allah menggulingkan batu di kubur. Allah terlebih sanggup untuk menggulingkan batu penghalang dalam hidup kita, agar Ia bisa menjumpai kita.
Batu penghalang itu mungkin berwujud kesedihan berlarut-larut, ketakutan untuk melangkah, kekuatiran/kecemasan yang membuat kita tidak berani melakukan apa-apa, pesimis, atau keputusasaan? Padahal, yang ditakutkan belum tentu terjadi, tapi sudah tidak mau melakukan apa-apa. Akankah kita menyerah...?
Atau, menjadi seperti Maria dan para perempuan di atas. Mereka bergumul dan bertanya, "Siapa yang akan menggulingkan batu itu?" Berita Paskah hari ini menegaskan, Yesus yang bangkit akan menggulingkan batu itu untuk kita! Namun, Allah meminta, ada niat, usaha, dan keinginan dari kita agar batu itu bisa digulingkan seperti para perempuan di atas.
Dari kedua belas murid, siapakah yang hatinya paling kacau dan porak poranda? Petrus. Ia adalah salah satu murid terdekat Yesus, tapi yang juga mengalami goncangan iman yang dahsyat. Petrus pernah meminta berjalan di atas air saat Yesus menampakkan diri di sebuah danau, lalu tenggelam karena ragu. Ia pernah mengakui sampai tiga kali bahwa Yesus adalah Anak Allah, tapi tiga kali juga menyangkal-Nya.
Saat penangkapan Yesus, Petrus merasa bersalah, berdosa, menyesal, malu, dan sangat sedih. Ia sampai menangis saking sedihnya. Tapi Petrus segera sadar, menyesal tidak ada gunanya. Setelah mendengar berita kebangkitan Yesus, ia segera bertindak.
Belajar dari Petrus, jangan sampai penyesalan semacam ini membelenggu kita. Bayangkan, suatu hari kita bertengkar hebat dengan pasangan, anak, orang tua atau saudara. Lalu, tiba-tiba mereka meninggal. Bukankah akan menyesal seumur hidup karena tidak bisa memperbaiki kesalahan?
Maka dari itu, hendaklah kita membangun relasi yang penuh kasih dengan orang-orang yang kita kasihi dan di sekitar kita. Demikian salah satu cara untuk menata hidup kita. Selamat Paskah! --KRAISWAN
[Terinspirasi khotbah Pdt. Yefta]