Setelah menurunkan koper dan barang bawaan, aku langsung menghampiri dan memeluk mereka, diikuti istriku dan adik nomor tiga. Syukur kepada Tuhan, mereka tetap sehat, dan diizinkan berkunjung ke Salatiga, tempat cucunya.
Setelah cukup bersalam dan berfoto, kami segera meninggalkan area terminal. Aku memesan taksi online ke rumah. Aku dan adik ipar naik motor.
Tiba di rumah, bongkar muatan dan oleh-oleh. Apakah bisa langsung tidur? Mustahil. Salah satu tradisi orang Batak adalah suka mengobrol sampai larut malam, apalagi jika ada keluarga yang baru datang. Padahal besok aku masih kerja.
Anak kami tak mau ketinggalan. Opungnya masih capek karena perjalanan panjang naik bis. Tapi melihat pahopunya sehat dan lincah, rasa capek sirna seketika.
Opung menceritakan pengalaman perjalanannya. Lalu di Jakarta masih diajak tulang jalan-jalan ke Monas, patung pancoran, dan naik kereta bawah tanah. Bagi orang kampung seperti mereka, ini adalah berkat. Di usia tua masih diizinkan melihat kemegahan dunia luar. Tidak semua orang kampung mendapat kesempatan ini.
Si bayi heboh melihat oleh-oleh yang dibawah opung. Banyak sekali jajannya! Ada jajanan orong-orong kesukaan istriku sejak ia masih SD, buah jeruk dari ladang tulang, dan selai ganda (khas Medan)! Biasanya kami menidurkannya sebelum jam 21. Kali ini, pas opung datang, kami biarkan dia tidur agak larut.
Jarum jam sudah melewati angka 12. Setelah dirasa cukup mengobrol, kami segera pamit dan istirahat. Masih cukup panjang hari-hari bersama opung di Salatiga. Meski terpisah jarak, opung dan pahopunya kembali bertemu. Selamat menikmati liburan nan bahagia bersama anak dan cucu, opung! --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H