Pada dasarnya, manusia butuh berinteraksi dengan sesamanya. Entahkah interaksi secara langsung (verbal) atau lewat chat. Saat ini, kita dengan mudah membagikan pikiran dan perasaan lewat story di medsos yang berlaku hanya 24 jam. Kenapa tidak ditulis dan diunggah? Akan lebih berkesan dan menorehkan sejarah.
Ada kelompok orang yang lebih suka bercerita secara verbal. Susah, tak ada waktu untuk menulis. Kuncinya ada di niat. Ada niat, ada jalan. Buktinya, beberapa temanku ikut menulis setelah tahu aku menulis di Kompasiana, tak peduli betapa sibuknya mereka. Apalagi kalau pengalamannya berkesan, insiden kecelakaan hampir merenggut nyawa tapi selamat, misalnya. Kenapa pertolongan Tuhan ini tidak diceritakan?
2) Gunakan rumus 5W+1H
Pengalaman segudang. Banyak tempat sudah dikunjungi. Banyak orang sudah ditemui dan menjadi jejaring. Tapi, bagaimana cara menulis?
Seperti pelajaran di SD, gunakan rumus 5W+1H. Buatlah kerangka tulisan. What, apa momen/ kejadian/ pengalaman yang mau diceritakan. Who, siapa yang terlibat dalam kejadian. Apakah anggota keluarga, teman kerja, tetangga, atau bahkan orang asing?
When, kapan kejadian itu terjadi. Kenangan manis biasanya susah dilupakan. Meski sudah menjadi masa lalu, pantas untuk diceritakan dalam tulisan/ artikel. Why, mengapa suatu kejadian menarik bagi Anda? Mengapa hal itu begitu mengusik? Mengapa Anda tadi mampir ke toko, dan tidak langsung pulang ke rumah. Dan seterusnya. Selalu ada alasan atas setiap keputusan kita. How, bagaimana respons Anda atas suatu fenomena. Bagaimana pendapat Anda atas pemanasan global, kondisi politik negeri ini, atau lainnya.
3) Bebaskan emosi, menulislah
Menulis itu membebaskan jiwa dan emosi, kata pujangga. Mustahil rasanya memendam perasaan dan emosi hanya di dalam dada. Jadi tertekan, menderita, dan sakit. Kalau tidak stroke, darah tinggi, ya sakit jiwa. Meski begitu ada kelompok orang yang bisa memendam perasaan. Ajaib.
Menulis menjadi salah satu cara untuk membebaskan jiwa. Jiwa dan emosi yang bergejolak lebih baik dibebaskan dengan menulis. Apalagi kalau ada hal mengusik di dalam kepala, yang mengganggu nurani, baru bisa lega jika diluapkan lewat tulisan.
Meski bisa diluapkan dengan membuat video, bagiku menulis punya makna lebih mendalam. (Relatif bagi tiap orang.) Tidak harus berdandan, tidak harus menyiapkan kata-kata yang bagus, tapi leluasa merangkai kata.