Seorang teman ingin menulis, tapi tidak tahu harus mulai dari mana. Teman lain merasa takut dan minder, tidak pintar menulis. Memangnya untuk bisa menulis harus pintar?
***
Ada delapan (bahkan sembilan) jenis kecerdasan majemuk menurut Howard Gardner yakni kecerdasan visual-spasial, musikal, logika matematika, interpersonal, intrapersonal, kinestetika, naturalis, eksistensial, dan kecerdasan bahasa atau linguistik salah satunya.
Setiap orang memiliki 2 atau lebih kecerdasan dalam dirinya. Proporsinya bisa berbeda tiap orang. Orang yang bisa menulis, bisa jadi memiliki porsi kecerdasan linguistik yang lebih menonjol dibanding kecerdasan lainnya.Â
Kenapa orang yang bisa menulis dianggap pandai? Sebab, harus suka dan banyak membaca agar bisa menulis. Banyak membaca, banyak menulis, begitu rumus sederhananya.
Terlepas punya kecerdasan linguistik atau tidak, tiap orang bisa menulis, kalau mau. Kompasiana hadir dengan ajakan "Ceritakan pengalaman dalam hidupmu, atau tulis opinimu seputar isu terkini". Tiap orang punya cerita hidup, bukan? Kita juga bisa memberi opini tentang isu-isu terkini. Tapi, pendapatnya harus santun dan bertanggung jawab ya supaya tidak kena UU ITE, pencemaran nama baik maupun hoaks.
Menulis, bagi sebagian orang menjadi pekerjaan, sebagian lainnya hobi. Untuk mengerjakan hobi butuh usaha, ketekunan, biaya hingga pengorbanan. Tapi jika ditekuni hobi ini bisa menghasilkan pemasukan tambahan. Syukur-syukur menginspirasi orang lain.
Berikut ini 3 tips ringan untuk penulis pemula.
1) Menceritakan pengalaman
Setiap orang punya pengalaman dalam hidupnya. Entahkah pengalaman baik, atau buruk. Pengalaman yang berkesan atau biasa. Diceritakan atau tidak, pengalaman tetap terbentuk. Bedanya, jika ditulis pengalaman itu bisa dibaca orang, berpeluang menginspirasi atau memberi warna bagi orang lain.