Karena tiga hari tak kunjung reda, kami periksakan ke klinik. Dokter memberi obat anti-muntah dan vitamin. Syukur kondisinya membaik. Rupanya anak teman kami di tempat lain mengalami gejala serupa. Apakah mungkin karena virus?Â
Syukurnya, hari-hari terakhir liburan kami sempat mengajak anak bermain bersama Mbah di Palagan Ambarawa beserta beberapa sepupu ke Bukit Cinta Rawa Pening. Meski lokasinya cuma di desa sebelah.
Liburan berakhir, aku harus segera kembali bekerja. Tapi ada perasaan aneh dalam diriku. Sedih? Kurang bersemangat? Galau?
Perasaan baru liburan, belum pergi ke tempat wisata. Waktu liburannya terasa kurang. Apakah aku juga mengalami post holiday blues? Entahlah, semoga tidak ya.
Berikut beberapa tips supaya kita tidak mengalami post holiday blues.
1) Semua ada masanya
Di bawah langit ini, semua ada masanya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk mati. Ada kemarau, ada penghujan. Siang, dan malam. Menabur, dan menuai. Ada kala bersuka, ada pula berduka. Demikian juga, ada waktunya liburan, ada waktu kembali bekerja.
Semua berpasangan demi keseimbangan dan keberlanjutan hidup di alam semesta. Tuhan sudah mengatur demikian. Mustahil kita menginginkan salah satu, dan menolak yang lain. Semua masa harus dijalani.
Mungkin rencana liburan tidak berjalan baik. Terjadi macet atau kecelakaan dalam perjalanan. Mungkin tempat wisata tidak sesuai ekspektasi. Mungkin ada anggota keluarga sakit seperti kami alami. Apa pun itu, waktu liburan menjadi waktu rehat dari pekerjaan.Â
Sebagai gantinya kita jalani hari bersama keluarga dan orang terkasih. Entahkah ke tempat wisata lokal atau di rumah saja, tetap bersyukur. Semua ada masanya.