Kenapa? Sebab, kasih Allah yang besar telah dinyatakan. Allah telah melawat kita. Harusnya sukacita kita tetap, apa pun keadaan kita. Mau di hari Natal, atau hari biasa; tetap sukacita.
Aku dan istri tidak membeli pakaian baru Natal ini, meski dapat THR. Menghayati kasih Allah, dalam momen Natal ini kami ingin mengajari anak kami untuk berbagi kasih kepada orang lain.
Tidak muluk-muluk, sekedar bingkisan kecil berisi gula, teh, dan sebungkus biskuit. Kami bagikan kepada Mbah dan tetangga yang masih kekurangan yang ada di kampungku dan kampung istri. Kami juga belikan sepotong pakaian untuk ponakan yang masih bayi.
Saat menyerahkan bingkisan tersebut, kami minta anak kami yang menyerahkannya. Nilai barangnya memang tak seberapa. Tapi kami rindu, tindakan kecil yang didasari dengan kasih akan tertanam dalam diri anak kami--suka memberi sejak dini--dan Mbah--meski kecil, kami tetap mengingat mereka.
Itulah cara sederhana kami merespons lawatan Allah yang penuh kasih. Semoga orang-orang di sekitar kami juga turut merasakan sukacita. Selamat Natal! --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H