Untuk menyatakan kasihNya, Ia harus menghampiri manusia yang keberadaannya di dalam dosa. Hanya dengan begitu, Allah bisa melakukan misi penyelamatan. Sebab, mustahil yang tidak kudus datang kepada yang kudus.
Kedua, berita kelahiran sosok ternama biasanya diumumkan kepada kerabat, sahabat, teman, dan orang-orang terpandang. Namun, Allah justru menyampaikan berita kelahiran Juruselamat kepada gembala--profesi yang rendah, tidak terpandang, dan tidak masuk hitungan. Beritanya disampaikan langsung oleh malaikat, kemuliaan Tuhan pun bersinar meliputi mereka.
Tak cukup di sana, bersama malaikat itu sejumlah bala tentara sorga datang memuji Allah di depan para gembala. Bagaimana perasaan para gembala? Takut pasti. Tapi terharu, orang rendahan dijumpai malaikat bahkan barisan pemuji Allah...? Wow! Para gembala pasti merasa sangat sukacita.
Bayi itu terpaksa dilahirkan di kandang domba, karena waktu itu semua tempat penginapan sudah penuh. Dilahirkan di kandang, tamu undangannya para gembala. Kebetulan?
Lebih tepatnya, inilah rencana yang sistematis dari Allah. Sekali lagi, bayi kudus yang memilih cara sederhana untuk dilahirkan, juga memilih orang-orang yang sederhana untuk mengunjunginya.
Ketiga, Orang-orang Majus dari Timur. Orang Majus adalah ahli perbintangan, termasuk kalangan atas. Mereka mencari bayi Yesus dengan mengikuti bintang dari Timur ke Yerusalem, dan hendak menyembahNya. Mereka penuh antusias dan sukacita untuk menemukan tempat bayi Yesus dilahirkan. Jika tidak begitu, mereka pasti enggan menempuh perjalanan ribuan mil jauhnya.
Raja Herodes yang mendengar hal ini terkejut, dan takut, beserta seluruh Yerusalem. Kalangan orang pandai seperti Orang Majus dipakai Allah untuk secara tidak langsung menyebarkan berita kelahiran Yesus. Orang pandai pun mau menyembah Sang Juruselamat. Bukti bahwa kepandaian bukan segala-galanya. Justru penghormatan kepada Allah lebih utama.
***
Allah melawat manusia yang sederhana, dengan cara sederhana. Bagaimana kita meneruskan berita sukacita ini?
Sukacita kita harusnya tidak ditentukan oleh keadaan. Natal dan liburan akhir tahun, biasanya kita berkumpul dengan keluarga yang merantau. Selain ibadah Natal, ada momen saling berbagi hadiah, sharing, makan bersama maupun liburan. Jika libur berakhir, apakah sukacitanya hilang? Harusnya tidak.