Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Hendak Angkat Agus Subiyanto jadi Panglima TNI, Nepotisme Lagi?

7 November 2023   15:06 Diperbarui: 7 November 2023   17:44 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Subiyanto | foto: tniad.mil.id via liputan6.com

Entah apa yang merasukimu...
Hingga kau tega mengkhianatiku...
Yang tulus mencintaimu...

***

Penggalan lagu yang dipopulerkan band ILIR7 itu seolah mewakili perasaan rakyat Indonesia saat ini. Rakyat Indonesia telah demikian tulus mencintai Presiden Jokowi dengan sederet gebrakan pembangunan yang dilakukan dalam dua periode kepemimpinannya.

Entah apa yang merasuki Jokowi, teganya ia mengkhianati rakyat Indonesia. Ada dugaan gamblang Jokowi merestui putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres Prabowo Subianto melalui putusan MK, di mana ketua MK adalah pamannya Gibran.

Tak cukup sampai di sana, Jokowi diduga kembali melakukan nepotisme dengan rencana mengangkat secara instan Jenderal Agus Subiyanto menjadi Panglima TNI.

Siapa Agus Subiyanto?

Anggota TNI ini menjabat wakil KSAD dengan pangkat letnan jenderal (letjen). Per 25 Oktober 2023, Jokowi mengangkatnya menjadi KSAD menggantikan Jenderal Dudung Abdurachman yang telah pensiun. Masih berumur jagung menjabat, Jokowi pun mempromosikan Agus Subiyanto menjadi Panglima TNI menggantikan Laksamana Yudo Margono yang (juga) memasuki masa pensiun.

Fenomena ini mirip dengan perjalanan Kaesang dan Gibran. Baru dua hari bergabung ke PSI, Kaesang didapuk menjadi ketua umum. (Banyak pengamat menilai, sudah ada rencana terstruktur dari keluarga Jokowi tentang posisi Kaesang di PSI.)

Baru dua tahun menjabat Wali Kota Solo, secepat kilat Gibran diusung menjadi cawapres. Perjalannya mulus karena keputusan MK tentang syarat usia minimum menjadi capres-cawapres. Semulus jalan tol yang dibangun Jokowi.

Kebetulan?

Kebetulan yang berulang dan terarah justru direncanakan. Terstruktur. Barangkali Jokowi meyakini bahwa siapa pun berhak menduduki suatu jabatan, tak penting berapa singkat waktu berprosesnya. Kalau Kaesang dan Gibran bisa, kenapa tidak dengan Agus Subiyanto?

Menurut Jokowi, Agus merupakan perwira tinggi TNI yang memenuhi kriteria. Sosoknya dianggap diperlukan untuk menjadi Panglima TNI meski baru menjabat KSAD. (Diperlukan untuk memenangkan Prabowo-Gibran?)

Agus Subiyanto akan menjalani fit and proper test setelah Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengirim surat presiden ke DPR pekan lalu. Atas kondisi ini, koalisi masyarakat sipil bereaksi. Mereka mengendus ada aroma nepotisme di balik pencalonan Agus sebagai Panglima TNI.

Ketua YLBHI Muhammad Isnur mewakili koalisi masyarakat menilai, latar belakang kedekatan Jokowi dan Agus menjadi salah satu indikasi adanya praktik nepotisme. Agus pernah menjabat Komandan Kodim 0735/Surakarta pada 2009/2011. Saat itu, Jokowi masih menjabat Wali Kota Solo.

Menurut Isnur, praktik pergantian Panglima TNI kali ini mereduksi kebutuhan regenerasi dan rotasi matra TNI yang diwarnai motif tertentu, mengarah pada politik praktis. Kepentingan tersebut menyangkut pemenangan pasangan Prabowo-Gibran. Apalagi Prabowo adalah seorang veteran.

Harusnya, pertimbangan pemilihan calon Panglima TNI harus didasarkan pada kepentingan rotasi dan regenerasi dalam tubuh TNI. Bukan didasarkan pada kedekatan personal maupun kepentingan politik.

Mau bagaimana lagi? Sedang lembaga sebesar MK pun bisa digugat oleh seorang mahasiswa (dikabulkan pula), apalah sulitnya rotasi dan regenerasi dalam organ TNI di mana presiden punya kewenangan. Selain sarat nepotisme, pencalonan Agus dianggap kental dengan dimensi politik praktis menjelang Pemilu 2024.

Rencananya, Agus akan diuji oleh Komisi I DPR pada 14 November 2023. Kepastian uji kelayakan dan kepatutan masih menunggu kepastian dari Badan Musyawarah DPR. Agus menyatakan bahwa dirinya belum tentu menjadi Panglima TNI karena harus melewati uji kelayakan dan kepatutan terlebih dulu.

***

Aku kembali teringat perkataan Butet Kartaredjasa. Melik Nggendhong Lali, artinya keinginan berlebihan akan sesuatu, akan membuat seseorang melanggar tata aturan dan norma. Jokowi akan melakukan apa pun agar keinginannya tercapai. Tak peduli jika melanggar aturan dan norma. --KRAISWAN 

Referensi: 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun