Hari lain, "Papah (atau mamah), oyoong!" Wow! Anak dua tahun sudah mengerti apa yang diajarkan. Jangan keliru ya, ayah-bunda.
Seiring bertambah usianya, anak kami suka minta yang aneh-aneh. Asal tidak mengarah pada gadget, kami akomodir. Sering dimintanya spidol berwarna yang kami taruh di rak paling tinggi
Namanya anak pintar, tahu saja ada benda berwarna. Kami sudah fasilitasi dengan kertas HVS dan clip board. Lha dalah, tembok rumah yang sudah kami jaga sedemikian rupa, jadi media lukis juga. Bahkan kursi, meja, kursi bayi, kulkas dan perkakas lain.
Syabar... Asalkan anak kami mau belajar bilang "Tolong", kami terus arahkan dan ajarkan pada hal yang tepat.
Mengajarkan kata "Maaf"
Namanya juga manusia, wajar kalau berbuat salah. Apalagi masih berumur dua tahun.
Tapi, yang namanya mendidik tetap harus dilakukan, berapa pun usianya. Seberapa pun anak bisa menangkap maksudnya. Bahkan, sesibuk atau setidaktahu apa pun orang tua.
Kalau keinginan anak kami tidak dipenuhi, jika waktunya tidur tapi tetap ingin bermain, kalau anak kami memakai barang dengan tidak bertanggung jawab lalu kami tegur; biasanya ia akan marah. (Belajar marah dari siapa ya?)
Dalam marahnya, ia bisa saja menendang, atau memukul dan kena wajah kami.
Kami ajarkan padanya, tangan dan kaki Tuhan ciptakan untuk bekerja dan berjalan, bukan memukul. "Maaf mama (papa)," kami mengajar.
Mulanya disambut dengan wajah bermulut bebek. Lama-kelamaan, ia bisa mengikuti meski masih sulit.
***