Sudah keburu tiba, kami berusaha menikmati suasana. Berkeliling ke semua sudut lokasi, termasuk spot camp. Tapi tidak recommended. Kurang menarik.
Begitu pun, banyak mobil plat luar kota. Bagi mereka, tempat seperti ini jelas menarik. Jauh dari kebisingan, polusi dan macet. Pemilik mobil itu kebanyakan menginap, ngecamp.
Dengan isi dompet yang terbatas, kami cuma pesan kopi susu 1, mi Jawa 1. Hemat bin romantis, heyaahhh...
Dengan suguhan itu, kami menikmati sunset yang memukau. Tidak seindah di puncak Merbabu memang, tapi cukup.
Alih-alih melakukan deep talk seperti saat pacaran, kami malah asyik dengan kegiatan masing-masing. Aku membaca novel, istri menghafal ayat Alkitab dan merekamnya (projek komunitas Bible Reading yang ia ikuti). Agak laen emang...
Namun, kami sama-sama menikmati suasana alam seperti ini. Naturalis akan selalu perlu tempat untuk menepi.
Kopi dan mi ludes. Surya telah hilang ditelan bumi. Langit pun gelap. Hawa dingin ala pegunungan menyapa. Kami pun bergegas pulang. Harus menjemput bayi di tempat Mbah.
Di boncengan belakang, istriku mendekatkan badannya padaku lebih erat dari biasa. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong jaketku. Kedinginan. --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H