Jalan-jalan, makan enak, berfoto-foto, bagi kebanyakan orang adalah keharusan. Sehat, adalah pilihan.
Menjadi keluarga muda dikaruniai seorang anak adalah anugerah bagiku dan istri. Tapi di sisi lain, pola hidupnya banyak berubah. Pengelolaan waktu, tenaga, keuangan, termasuk dalam menjaga kesehatan.
Aku kerja lima hari per minggu, berangkat jam 7 pulang jam 3 sore. Pulang sebentar, berangkat lagi memberi les privat. Setengah 6 petang baru tiba di rumah. Begitu hampir tiap hari.
Sabtunya libur, tapi jadwal belanja ke pasar. Pulang dari belanja, sarapan (biasanya menu favoritnya soto). Pulang, memandikan anak lalu menidurkannya. Siangnya istirahat atau beberes rumah. Itu pun kalau tidak ada pekerjaan tambahan.
Minggunya, jam 7 mengantar anak ke Sekolah Minggu sampai jam 8. Menitipkan si kecil ke tempat Mbah. Jam 9.30 kami ada ibadah, selesai jam 11. Makan siang dan persiapan untuk esok hari.
Semua hari sudah penuh agenda. Lalu, kapan bisa berolahraga?
Di sisi lain, maunya makan enak terus, kerja terus, tapi ingin hidup sehat. Mana bisa? Di sinilah perlunya niat dan komitmen.
Sesekali, di sela hari aku tidak memberi les aku mengajak istri dan anak ke ruang terbuka di sekitar rumah. Bisa ke alun-alun Pancasila atau ke Taman Wisata Sejarah Salatiga (TWSS).
Sekadar berjalan keliling 2-3 kali, sambil melihat-lihat suasana sekitar. Anak kami juga senang bisa berjalan, berlari dan melompat. Apalagi kalau ada tangga, favorit!
Tapi itu belum cukup untuk mencapai hidup sehat. Maka, di suatu hari (secara spontan) aku mengajak istriku jalan sehat (tracking) menyusuri jalanan di kampung.