Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #41

1 Oktober 2023   12:55 Diperbarui: 1 Oktober 2023   18:15 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Sidang' dadakan malam itu cukup mengejutkan kami. Hari telah berganti, namun kami tidak bisa lupa efek kejutnya. Meski begitu, kami tetap bersyukur. Tidak ingin membiarkan hal itu merusak suasana liburan kami di Simalungun, kampung Yanti.

Setelah mandi, sarapan dan beberes, kami masih mengunjungi kerabat Yanti di sekitar rumah. Sorenya kami jalan-jalan ke Tigaras, tepian Danau Toba. Hanya berjarak 10 menit naik motor dari rumah Yanti.

Dulu, waktu zaman sekolah Yanti sering main ke Tigaras naik angkot rame-rame bareng teman-temannya. Berenang dan bermain air di pantai danau. Atau piknik bareng keluarga, berenang, lalu menikmati ikan bakar. Bertahun-tahun kemudian tempat ini makin ramai, banyak pantai baru yang dibuka.

Kini, Yanti kembali mengunjungi pantai Tigaras bersama calon suaminya, heyahh...

Di sepanjang perjalanan menuju Danau Toba, jalannya berkelok-kelok dan menurun, pemandangannya indah memukau. Danau legendaris yang luas, kebiruan, dihiasi dengan awan dan sinar mentari, ah eloknya!

Mendekati pelabuhan, kami bisa melihat kapal motor yang melintas di tengah danau. Mumpung ke Sumatra, aku juga harus naik kapal menyeberang Danau Toba!

Di tepian Danau Toba sambil melihat kapal menyeberang danau | foto: KRAISWAN
Di tepian Danau Toba sambil melihat kapal menyeberang danau | foto: KRAISWAN

Di tepian pantai ini terdapat Pelabuhan Tigaras yang menghubungkan ke Pulau Samosir. Ada beberapa unit kapal motor untuk menyeberangkan penumpang dan sepeda motor. Sedangkan untuk menyeberangkan penumpang dengan mobil, hanya ada dua unit feri.

Omong-omong tentang kapal motor, pada 18 Juni 2018 terjadi kecelakaan Kapal Motor Sinar Bangun. Penyebab utamanya, kapal kelebihan muatan. Kapal yang berkapasitas 42 orang ini dipaksa pemiliknya menampung hingga sekitar 192 orang termasuk motor, karena saat itu sudah sore (17.30 WIB), tidak ada kapal lain yang beroperasi. 170 orang meninggal dalam kejadian ini.

Untuk mengenang peristiwa ini, pemerintah daerah mendirikan monumen kapal menghadap ke jalur pelayaran Pelabuhan Tigaras ke Pelabuhan Simanindo. Di bagian bawah tugu terdapat daftar nama korban yang meninggal dunia.

Tugu kapal Sinar Bangun di Pelabuhan Tigaras | foto: KRAISWAN
Tugu kapal Sinar Bangun di Pelabuhan Tigaras | foto: KRAISWAN

Seluruh keluarga korban tentu berduka atas insiden ini. Apalagi ada salah satu korban yang hendak menikah. Meski berduka, kurang lebih setahun kemudian, salah satu jalur penyeberangan utama ke Pulau Samosir ini kembali ramai. Tentunya dengan ketentuan yang lebih ketat, tidak boleh melebihi muatan.

Aku dan Yanti berfoto di tepian Danau Toba. Akhirnya, bisa sedekat ini dengan danau legendaris di Indonesia! Kami juga menengok tugu peringatan Kapal Motor Sinar Bangun. Biarlah tugu ini menjadi peringatan bagi semua, supaya mengutamakan keselamatan di atas keuntungan atau materi.

Berfoto di tugu kapal Sinar Bangun | foto: KRAISWAN
Berfoto di tugu kapal Sinar Bangun | foto: KRAISWAN

Hari itu kami memang belum menjadwalkan menyeberang ke Samosir. Nanti diatur jadwalnya supaya bisa jalan-jalan bareng bapak-mama dan adik-adik.

Meski menjadi pelabuhan yang ramai, belum banyak penjual kuliner yang khas. Kebanyakan justru gorengan atau mi instan dalam cup. Wah, ada penjual sate padang. Kami pun membeli satu porsi. Lucunya, alih-alih makan di tempat, kami membungkusnya. Dalam perjalanan pulang kami mampir di sebuah warung yang tutup, dan makan satenya di situ.

Jujur, baru kali ini aku mencicip sate padang, pas datang ke Sumatra pula. Sate ayam dan lontong yang lembut disiram sambal kuning yang kaya rempah. Enak!

Di dekat warung ini terdapat sebuah tugu, namanya Tugu Perjuangan Rakyat Rakyat Tigaras. Direpresentasikan seorang pahlawan menaiki kuda putih, dengan tangan kanan memegang bambu runcing yang diikat dengan bendera. Menggambarkan semangat perjuangan melawan penjajah.

Tugu perjuangan rakyat Tigaras | foto: KRAISWAN
Tugu perjuangan rakyat Tigaras | foto: KRAISWAN

Tugu ini berada di ketinggian, di tepian jurang. Menjadi spot sempurna untuk melihat keindahan Danau Toba. Hampir seluruh bagian Danau dapat dilihat dari tempat ini. Anginnya berhembus kencang, sehingga kita harus berhati-hati jika hendak berfoto. Terdapat kawat berduri sebagai pembatas tugu dengan tepian jurang.

Kedatanganku ke rumah Yanti ini juga menjadi perjuangan kami menuju jenjang pernikahan. Perjuangan melawan hambatan, ribetnya adat Batak serta mempertahankan kekudusan pernikahan. --KRAISWAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun