Indonesia adalah tanah kaya dan subur, sehingga cocok dijadikan lahan pertanian. Pulau Sumatra salah satunya. Dengan lahan yang masih sangat luas, kebanyakan masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Produknya dari sayuran, palawija, padi darat (beras merah), hingga kopi.
Orang tua Yanti juga berprofesi petani. Pada tahun 2000-an, Bapak Yanti pernah berjaya dengan panen kopi. Hasilnya cukup untuk biaya kuliah Yanti, sekolah adik-adik maupun merenovasi rumah.
Dengan berkuliah ke Semarang, Jawa Tengah, Yanti bisa dipertemukan dengan Kris. Suatu campur tangan Tuhan yang ajaib, yang lalu membawa kami ke tahap persiapan pernikahan.
***
Hari kedua di rumah Yanti, kami masih bongkar muatan, mengobrol dan berkenalan dengan keluarga besar Yanti. Mereka tinggal masih di sekitar kampung Yanti, Gunung Purba. Kami juga berjalan-jalan ke tempat wisata di sekitar tepian Danau Toba, hanya berjarak 5 menit naik motor dari rumah Yanti.
Seiring berkembangnya medsos, banyak tempat wisata dibuka di daerah ini. Khususnya bagi pemilik ladang yang menjorok ke Danau Toba. Dibuka tempat wisata berbasis cafe atau restoran, dengan pemandangan Danau Toba yang menawan. Salah satu yang terkenal adalah Bukit Indah Simarjarunjung (BIS).
Aku, Yanti, adik Yanti dan satu sepupunya mengobrol di BIS ditemani kopi dan pisang goreng. Sepupunya ini (laki-laki) sangat dekat dengan Yanti. Mereka sering bermain dan mbolang bareng saat masih sekolah.
Malam menjelang, kami pesan mi dan cap cay di salah satu warung makan yang cukup terkenal. Antri, kami harus menunggu beberapa menit. Saat menunggu itu, ada beberapa teman laki-laki saat Yanti sekolah. Mereka berbasa-basi secukupnya.
Salah satu dari mereka menanyakan, siapa lelaki yang bersama Yanti. Apakah dia beragama Islam? (Kebanyakan orang Batak mengira, orang Jawa pasti agamanya Islam.) Disebabkan tidak ada niat baik untuk berkenalan, aku pun diam. Mereka hanya kepo melihat orang dari Jawa.
Pesanan kami selesai, kami segera pulang. Perut sudah keroncongan. Masakan hangat ini cocok dengan kampung Yanti yang berhawa dingin. Begitu tiba di rumah, kami kaget karena keluarga besar Yanti dari pihak mama sudah berkumpul. Tulang Tesa sempat ke rumah saudara mama, lalu kembali ke rumah.