Berikut ini beberapa pengalaman kami menegakkan otoritas kepada anak kami, meski sering kali berlawanan dengan Mbah.
1) Sering mengucapkan kata "Jangan!"
"Jangan main ini, nanti kotor." "Jangan naik itu, jangan lari-lari, nanti jatuh." "Jangan pegang ini, nanti terluka."
Semakin sering mengucapkan "jangan", otak anak akan mengingat, lalu justru melakukan kata terakhir yang orang tua tidak harap dilakukan anak. Bahkan di tanganku dan istri, orang tuanya, si bayi beberapa kali jatuh.
Asalkan tidak melukai organ vital dan tetap dalam pengawasan, tidak apa-apa. Biarkan anak bereksplorasi dan belajar rasa sakit dari kejatuhan. Terbukti, setelah berkali-kali jatuh anak kami punya daya tahan yang hebat. Kepalanya tidak langsung membentur lantai.
Hindari kata jangan. Perintahkan secara spesifik. Misalnya, "Nak, kalau berjalan harus hati-hati, kalau jatuh nanti kakinya sakit kan?" (Sambil kupegang bagian kakinya yang pernah jatuh)
2) Memberikan makanan dan minuman tidak sehat
"Kopi bagus buat anak, supaya tidak step." Anda pernah mendengar orang tua berkata begitu?
Kebanyakan orang tua zaman dulu meyakini kopi dapat meredakan step. Padahal, memberi kopi pada anak yang step (kejang) sangat berbahaya dan harus dihindari. Belum ada bukti ilmiah tentang hal ini. (klikdokter.com)
Kalau anak sehat, masa dicekoki kopi? Justru menganggu waktu pola istirahat anak. Tidur terganggu, perkembangan emosionalnya juga terganggu.
Sebagai orang tua generasi modern, kami belajar dari banyak sumber. Kopi, teh, minuman kemasan berbahan gula, sebaiknya tidak diberikan pada anak. Gizinya minim, ya gula menumpuk pada tubuh, berisiko obesitas.
Kalau pas di tempat Mbah, anak kami diberikan kopi atau teh. Kalau tahu, kami akan menegur Mbah. "Kan cuma sedikit, anaknya juga mau kok." (Lho, kok Mbah lebih ngotot dibanding kami orang tuanya?) Meski tidak 100% bisa melarang, kami menegakkan otoritas.
3) Kata-kata "nakal", "dimarahi", "ditinggal pulang"
Atas tingkahnya yang lincah dan beragam, anaknya kami sering membuat repot Mbah. Untuk menegur anak, biasa Mbah akan mengucapkan perkataan yang dikira bisa menghentikan sang anak---berisi ancaman.