Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Setiap Anak Punya Bara dalam Dirinya, Tugas Kita Memantiknya

4 September 2023   16:09 Diperbarui: 4 September 2023   23:39 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi murid yang rela berkorban | foto: shutterstock via kumparan.com, tpa-rumahceria.blogspot.com

Saat membaca bergantian, tibalah gilirannya. "Sampai di mana, Mister?" ujarnya polos. Padahal bukunya sudah terbuka. Aku langsung melewatinya, dan memberi kesempatan pada murid lain untuk membaca.

Ilustrasi murid yang rela berkorban | foto: shutterstock via kumparan.com, tpa-rumahceria.blogspot.com
Ilustrasi murid yang rela berkorban | foto: shutterstock via kumparan.com, tpa-rumahceria.blogspot.com

Saat kegiatan presentasi, salah satu kelompok akan memulai presentasinya. Kelompok Kana sudah presentasi. Namun, seperti kebiasaannya, ia berbisik dengan teman di sampingnya, sedang murid lain sudah mulai diam. Aku pun menegurnya, dan memintanya ke depan.

Di depan teman-temannya yang lain aku menegur Kana dengan keras. Sikapnya yang tidak memperhatikan akan membuatnya tidak mengerti apa yang guru dan teman-temannya sampaikan. Berbisik-bisik, tidak mengerjakan tugas pula. Aku memberi peringatan, jika di kemudian Kana masih tidak memperhatikan, ia boleh di luar kelas.

Apakah ini ancaman? Tidak. Bagiku, ini konsekuensi. Buat apa dia di dalam kelas kalau mengajak temannya mengobrol. Hal ini berdampak temannya juga tidak fokus dalam pembelajaran.

Di lain hari, Andri berulang tahun. Menjadi budaya di sekolah kami, kalau ada murid berulang tahun akan dirayakan dengan memberikannya sebuah donat. Salah satu murid membawakan donat dan memberikannya pada Andri.

Entah bagaimana, salah seorang temannya menyenggolnya, donat berisi krim itu pun jatuh. Kasihan. "Belum lima menit!" kata seorang murid dan mengambilkannya untuk Andri.

Esoknya, lantai tempat jatuhnya krim itu makin becek. Sepertinya karena mengandung gula, tidak langsung bisa dibersihkan. Tetiba terjadi pemandangan yang mengusik mata.

Dalam pergantian pelajaran (aku baru masuk), seorang murid laki-laki pergi ke luar kelas untuk mengambil kain pel, lalu dengan sigap mengepel noda bekas krim donat milik Andri. Apakah ini sinetron...?

Aku mengangkat cuplikan itu di depan kelas. Murid yang mengepel itu adalah Dino. Aku pun bertanya, mengapa Dino melakukan hal itu? Apakah Dino yang menyenggol donat Andri? Tidak. Jawabannya mencengangkan, "Ya aku gemas saja Mister, melihat lantainya kotor. Ya sudah, aku pel (bersihkan)." Sedang tempat duduk Dino jauh dari paparan krim yang mengotori lantai.

Aku menyinggung sikap rela berkorban. Dino sudah mempraktikkan sikap itu. Aku mengajak murid-murid di kelas untuk bertepuk tangan, mengapresiasi tindakan Dino.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun