Kompleks tempat tinggalku hanya berjarak lima menit berkendara dari pusat kota. Berjarak sekitar dua kilo meter terdapat hamparan sawah yang luas dengan latar belakang Gunung Merbabu. Kalau sedang masa tanam, padi yang hijau sungguh menyegarkan mata dan pikiran.
Di daearah Pulutan, Salatiga juga sedang berkembang kafe dan restoran di tepian sawah dengan latar belakang Gunung Merbabu. Menikmati sore di tempat semacam ini dengan suguhan kopi dan makanan hangat sungguh menyenangkan.
Tak heran, banyak orang yang menguliahkan anaknya di Salatiga akan beramai-ramai mengunjungi tempat ini. Bagi yang dulu kuliah di Salatiga pasti bakal kaengen untuk kembali, sekedar menikmati suasana alam yang indah.
Pernah suatu kali kami pulang kerja lebih awal, pas di jam makan siang. Kami diajak seorang teman untuk makan bakso di suatu restoran terkenal. Dalam perjalanan, kami disuguhkan pemandangan megahnya Gunung Merbabu dengan langit biru yang cerah.
Tanggal 17 Agustus kemarin, sepulang upacara di sekolah aku mengambil potret langit di dekat rumah. Biru cerah. Indah. Begini seharusnya kita menikmati kemerdekaan.
Lalu di suatu sore yang lain aku dan istri menikmati waktu berdua di sebuah kafe. (Sedang, si bayi kami titipkan di tempat Mbah.) Kami sudah beberapa kali berkunjung ke tempat ini. Suasananya asyik, pemandangan menarik, harga menunya terjangkau, dekat pula dari rumah.
Saat belum ramai pengunjung, aku mengambil foto pemandangan Gunung Merbabu yang megah meski hari sudah mulai sore. Tidak perlu banyak uang untuk bisa bersyukur. Dengan menikmati waktu bersama orang terkasih di tempat yang menyajikan pemandangan indah pun cukup.
Namun, aku khawatir kondisi ini tidak akan kekal. Sebagai kota kecil yang sedang berkembang, Salatiga mulai dilirik banyak investor. Restoran besar seperti Hokben, Starbucks, dan Mixue misalnya. Entah nanti disusul dengan restoran maupun industri lain yang tentu memberi dampak positif maupun negatif.
Jika itu terjadi, semoga tidak sampai merenggut birunya langit Salatiga. Maka, kita semua baik pemerintah maupun masyarakat bertanggung jawab menjaganya bersama.
Anda tinggal di Jakarta dan sekitarnya, sudah bosan dengan keruhnya langit akibat polusi? Sila mampir di kota mungil nan asri Salatiga. Bisa jadi, Anda bakal jatuh cinta dibuatnya. --KRAISWANÂ