Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meski Tak Juara Satu, Berusaha Terus Melaju

21 Agustus 2023   03:05 Diperbarui: 24 Agustus 2023   09:52 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"MERDEKA!!!" Pekik kemenangan dikumandangkan dari setiap penjuru negeri demi mengenang detik-detik proklamasi 78 tahun yang lalu.

Kemerdekaan sering digambarkan dengan perjuangan, keinginan, perlawanan, pengorbanan sampai mendapat kemenangan. Bebas dari penjajahan negara mana pun. Kini, generasi penerus bertanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan tersebut dengan hal-hal yang membangun.

Di tiap daerah, biasanya melakukan dekorasi dengan mengecat tepi jalan, gapura, dan memasang bendera hingga umbul-umbul. Ada yang memasang lampu kerlap-kerlip agar lebih meriah saat malam. Disempurnakan dengan bermacam perlombaan yang diikuti anak-anak sampai orang dewasa, merepresentasikan semangat pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Penutup rangkaian acara umumnya dilakukan malam tirakatan beserta seluruh warga satu RT atau RW. Perjuangan kita tidaklah seberapa dibanding para pahlawan yang sudah menyerahkan hidupnya demi kemerdekaan negeri ini.

Namun, menjaga agar tetap bersatu meski berbeda, walau beragam, walau tidak selalu sepakat; tidak selalu mudah. Itulah perjuangan kita saat ini.

Di lingkup tempat tinggalku, sudah diumumkan sejak Juli bahwa akan dilakukan kegiatan jalan sehat dan senam bersama satu RW. Untuk lingkup RT diberi kelonggaran apakah akan mengadakan lomba-lomba dan malam tirakatan atau tidak.

Setelah bertukar pendapat, warga RT-ku sepakat untuk melakukan kegiatan malam tirakatan. Pak RT sudah menunjuk koordinator. Namun pembentukan panitia sendiri terbilang lambat. Hanya seminggu sebelum acara.

Panitia berkoordinasi hari Jumat (11/8). Kami harus menyiapkan acara dalam waktu yang sangat singkat, dengan meminta kontribusi dari warga. Mulanya digagas, supaya tetap diadakan lomba untuk anak-anak agar meriah. Jika mau lomba, satu-satunya kesempatan yakni hari Minggu. Sedangkan waktunya sudah sangat sempit.

Diusulkan supaya lombanya diadakan hari H, beberapa jam sebelum malam tirakatan. Masuk akal, meskipun jadi serba tergesa-gesa. Tahun ini aku dipercaya sebagai sie acara. Saat yang lain membahas anggaran, aku menyusun rundown sebisanya.

Lalu juga memikirkan lomba apa yang cocok untuk anak-anak. Yang simpel tapi tetap meriah. Aku mengusulkan dua lomba, yakni memasukkan pensil dalam botol dan makan kerupuk. Tujuhbelasan tanpa makan kerupuk seperti sayur tanpa garam.

Malam itu juga, hanya dalam waktu satu minggu cetak biru untuk malam tirakatan jadi. Keren, kan?

Lomba memasukkan pensil dalam botol | foto: KRAISWAN
Lomba memasukkan pensil dalam botol | foto: KRAISWAN

Semua sie bekerja sesuai bagiannya. Sie acara berbelanja kebutuhan lomba, hadiah, dan doorprize. Bendahara mendatangi tiap rumah warga demi mengedarkan proposal. Sekretaris membuat undangan. Sie perkap menyewa panggung. Sie pubdekdok mendesain dan mencetakk MMT. Persatuan Indonesia.

Syukurnya, jalan di RT kami bukanlah jalan utama, di mana 70% warganya adalah RT kami. Sehingga kami leluasa membuat acara meski harus menutup jalan.

Perlombaan, menggambarkan semangat perjuangan

Hari H. Kami yang kantoran biasa pulang jam 3. Aku masih harus belanja beberapa perlengkapan sepulang dari kantor. Karena serba dadakan tadi.

Hampir jam 4 aku tiba di rumah. Segera ganti baju dan bergabung dengan tim perkap yang sudah berkerja sejak jam 2 siang. Panggung ditata, lampu dipasang, sound system dicek.

Anak-anak mulai berdatangan, tak sabar ingin memperjuangkan kerupuk yang digantung di atas tali rafia untuk dilumat dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Ada sekitar 20 anak yang bergabung. Itu pun belum semua, karena ada yang sudah kuliah, ada yang sakit, maupun agenda yang lain.

Lomba pertama: memasukkan pensil dalam botol. Pensil diikat dengan tali kasur di pinggang peserta. Ketinggian ujung pensilnya kurang lebih selutut, jadi mereka harus sedikit berjongkok sebagai bentuk perjuangan.

Peserta berbaris di ujung jalan, sedang botolnya di ujung yang lain. mereka harus berlari menuju botol yang sudah disediakan. Meski kelihatan sepele, tidak mudah untuk memasukkan pensil dalam botol. Yang badannya besar belum tentu jadi yang pertama. Yang kelihatan kecil malah kadang duluan.

Lomba kedua: makan kerupuk. Lomba ini tidak kalah seru meski mengandung sejarah kelam. Tahun 1930 sampai 1940-an, kerupuk menjadi penyelamat sekaligus simbol keprihatinan masyarakat kaum bawah. Di era tanam paksa itu, masyarakat hanya punya tepung singkong. Mereka mengolah, mencetak, menjemur dan menggorengnya hingga menjadi kerupuk sebagai pendamping nasi. (kompas.com)

Di era sekarang, lomba makan kerupuk menyimbolkan semangat perjuangan melawan kemalasan dan ketertinggalan. Harus bergegas, mengatur strategi agar bisa melahap kerupuk secepat mungkin.

Acara dilanjutkan di lingkup RW. Minggu (20/8), seluruh warga di RW tempat tinggalku berkumpul di jalan utama untuk mengikuti rangkaian acara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Agendanya yakni senam bersama, jalan sehat dengan kostum unik, penampilan dari tiap RT dan berjoget sambil menyanyikan lagu-lagu dangdut.

Mengenakan kostum unik untuk jalan santai | foto: KRAISWAN
Mengenakan kostum unik untuk jalan santai | foto: KRAISWAN

Dalam acara ini akan dilakukan penilaian untuk kostum terunik dan penampilan tiap RT. Diramaikan UMKM lokal yang menjajakan bermacam produk. Juga disediakan banyak doorprize dengan hadiah utama mesin cuci.

Meski tak juara satu, tetap berusaha terus melaju

Kami telah mengerahkan semua daya dan usaha. Ibu-ibu RT-ku sudah latihan tiap malam. Masing-masing kami sudah memakai kostum terbaik. Namun, kami tidak mendapat juara satu.

Penampilan ibu-ibu RT | foto: KRAISWAN
Penampilan ibu-ibu RT | foto: KRAISWAN

Istriku juara 3 lomba memasukkan pensil dalam botol. (Dadakan untuk kaum ibu-ibu) Anakku dapat undian doorprize berupa toples untuk wadah kerupuk. Aku? Kecipratan semangat seluruh warga, hehe.

Apap pun itu, acara perayaan di lingkup RT maupun RW ini telah menambah keakraban dan kebersamaan dalam merayakan kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia. Kiranya kita terus melaju dalam semangat persatuan dan gotong royong untuk Indonesia maju! --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun