Di rumah tulang. Keesokan harinya, kami bangun pagi-pagi. Yanti sedikit membantu nantulang beberes dapur. Sedang nantulang itu sudah terjaga sejak subuh, memasak nasi kuning untuk berjualan.
Kami segera bersiap untuk ibadah minggu. Rencananya kami akan beribadah di salah satu gereja di kawasan kampus UPH. Setelah sarapan dan mengobrol kami pun pamit. Semoga lain kali bisa kembali berjumpa dengan keluarga tulang.
Kami naik ojek online menuju gereja. Di sekitar kampus ini terdapat taman kecil dengan pepohonan rindang. Sayang untuk dilewatkan, kami pun mengabadikan momen dengan berfoto.
Selesai ibadah, sekitar pukul 12.00 WIB, kami makan siang di salah satu kedai cepat saji di sekitar kampus. Waktu ini sekaligus menjadi kesempatan bagi kami merenungkan dan mensyukuri perjalanan satu tahun masa pacaran yang terpisah jarak. (Sebenarnya baru dua hari lagi kami memperingati tahun pertama jadian, namun terkendala waktu karena di hari kerja.)
Tidak ada yang istimewa dalam perayaan satu tahun kami pacaran. Tidak ada hadiah, barang perhiasan, bahkan sekedar sekuntum bunga. Cowok yang tidak romantis. Pelit.
Jika Anda di posisi saya, tentu takkan setega ini. Tidak ada inisiatif untuk membeli entah sekuntum mawar, atau emas imitasi pun mungkin sudah menyenangkan pasangan. Kami hanya sharing sambil menikmati nasi dan ayam tepung.
Syukurnya didukung gaya hidup sederhana Yanti tidak pernah mengharapkan barang mewah sebagai hadiah. Dia justru sangat paham dengan keadaan Kris. Sungguh aku adalah lelaki yang diberkati.
Hanya oleh anugerah Tuhan, Kris dan Yanti bisa melewati masa pacaran LDR, khususnya di tahun pertama. Setiap terjadi gesekan/ masalah, kami saling memberi toleransi dan penyataan kasih sebesar-besarnya.
Tidak selalu mudah. Gesekan-gesekan kecil bisa berubah menjadi pertengkaran. Namun sebisanya kami menyelesaikan masalah di hari itu juga supaya tidak merenggut damai sejahtera dari dalam diri.
Kami juga ingin memberi kesaksian bahwa LDR tidak masalah asalkan tidak dibiarkan. Melainkan harus ada usaha yang tekun dan sungguh-sungguh untuk mengalami pertumbuhan relasi dengan Tuhan maupun pasangan. Â