Ibu di teller itu juga agak teledor, tidak menanyakan nomor antrian ibu berhijab itu. Dibacanya formulir nasabah, dimasukkan ke dalam komputer.Â
Beberapa menit kemudian, teller-nya baru sadar kalau ibunya salah 'kamar'. "Astafirulloh..." kata nasabah itu sambil memegang jidat, padahal masih muda. Malu dong menyerobot antrian, ternyata salah.
Aku langsung berdiri, "Bu, saya yang nomor 114". TELAT! Ibunya pun meminta maaf karena duduk di tempat yang salah, menyebabkan aku harus menunggu lebih lama.
Dari dua kisah ini aku belajar pentingnya mengantre. Entah kebetulan atau bukan, yang jelas kalau adab dijunjung tinggi, mau sabar dan menahan diri, menghormati orang lain, pasti akan menjadi berkat.Â
Sebaliknya, kalau suka menyerobot antrean, tidak jadi berkat malah berujung malu sendiri. --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H