Kita harus bekerja keras sampai mati-matian.
Kebanyakan kita sering mendengar slogan itu. Dengan bekerja keras, bahkan sekeras-kerasnya, harapannya akan mendapat uang yang cukup untuk membahagiakan keluarga. Jalan-jalan ke tempat indah---luar negeri kalau perlu, makan enak di restoran, membeli barang-barang mewah, dan sebagainya.
Kalau pun belum berkeluarga, tetap bisa membahagiakan orang tua dan diri sendiri.
Saking kerasnya bekerja, orang sampai hampir mati dibuatnya (konotasi). Mati-matian istilahnya. Tapi apa jadinya kalau bekerja terlalu keras, lalu beneran (maaf) mati (denotasi)? Alih-alih membahagiakan keluarga, justru bisa meninggalkan duka.
Hidup, mati, jodoh, rezeki; semua di tangan Tuhan. Betul. Tapi manusia juga bertanggung jawab mengusahakan dan menjaga keselamatan diri. Kematian sendiri datang bak pencuri, tak seorang pun mengetahuinya.
Ada beragam penyebab kematian. Entahkah karena penyakit, kecelakaan, bencana alam maupun pembunuhan. Semua pasti berduka atas kematian orang yang dikasihi. Apalagi jika kematiannya terjadi saat melakukan pekerjaan.
Ada beberapa orang yang meninggal penyebabnya tidak jauh dari profesi yang digelutinya. Pertama-tama, kita turut berduka atas berpulangnya mereka. Mungkin, ini yang disebut bekerja sampai mati.
Salah satu pemain film Fast and Furious, Paul Walker (40), meninggal pada 30 November 2013. Dilansir dari Guardian, kejadian ini terjadi setelah Paul jatuh dengan kecepatan lebih dari 100 mph (160 km/jam) dalam mobil Porsche Carrera GT di Los Angeles.
Tabrakan akibat kecepatan ekstrem mobil ini menyebabkan kendaraan berputar 180 derajat, menabrak pohon, tiang lampu dan terbakar. Ironis, sebab Paul dalam filmnya memerankan tokoh yang suka kebut-kebutan di jalan raya. Paul ditemukan tewas bersama teman sekaligus penasihat keuangannya, Roger Rodas.
Tidak ada obat-obatan atau alkohol yang terdeteksi dari kedua pria tersebut. Keduanya adalah pembalap profesional. Yang membuat pilu, keduanya tewas oleh sesuatu yang menjadi hidupnya.
Binaragawan sekaligus influencer Justyn Vicky meninggal dunia tertimpa barbel (15/7/2023). Saat itu, Justyn dibantu BM---warga negara Australia dan JK. Kabid Humas Polda Bali Jansen Avitus Panjaitan menjelaskan, Justyn jatuh dalam posisi duduk karena gagal mengangkat barbel seberat 210 kg.
Barbel itu jatuh menimpa leher belakang ketika ia mencoba mengangkat barbel dengan teknik back squat. Pria bernama asli Herman Fauzi kelahiran New York, Amerika Serikat 7 Maret 1990 ini memulai karier sejak 2016. Ia pernah menjuarai beberapa kompetisi pada 2015 dan 2016 hingga menjadikannya anggota tim nasional binaraga Indonesia.
Saat mencoba mengangkat barbel, ia didampingi seorang spotter (pengawas) di belakangnya. Namun, saat Justyn mencoba menahan beban, ia justru terjatuh dalam posisi duduk dan barbel menimpa belakang lehernya. Meski sudah dilarikan di rumah sakit dan menjalani operasi, Justyn tidak tertolong dan meninggal pada Senin (17/7/2023) siang.
Pemuda desainer grafis
Seorang desainer grafis bernama AS (30), warga Purworejo, Jawa Tengah, yang tinggal di Bantul ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya di Kalurahan Jambidan, Banguntapan, Bantul, pada Minggu (16/7/2023) malam.
Seksi Humas Polres Bantul, Iptu I Nengah Jeffry Prana Widnyana, mengatakan bahwa korban diduga meninggal dunia karena menderita sakit asam lambung. Pekerjaannya seorang desain grafis, maka korban sering begadang dan kuat minum kopi. Kebiasaan ini yang memicu melonjaknya asam lambung.
Sebelum meninggal, tetangga korban sempat mendengar suara erangan kesakitan pada Minggu dini hari. Setelah ditunggu seharian, korban tak juga keluar dari kamar. Padahal, biasanya korban keluar untuk ke kamar mandi atau membeli makanan.
Tetangga pun mengecek ke kamar korban dengan memanggil-manggil bahkan menggedor pintu. Tapi tidak ada respons. Ternyata korban sudah meninggal dunia dalam posisi tidur tengkurap. Seandainya tetangga segera mendatangi korban saat mengerang kesakitan, mungkin nyawanya masih tertolong.
Remi Lucidi dikenal sebagai stuntman yang melakukan aksi akrobat di berbagai negara seperti Bulgaria, Portugal, Prancis, Ukraina dan Dubai. Video aksinya diunggahnya di Instagram @remnigma.
Melansir The Independent, Senin 31/7/2023 Lucidi tiba di kompleks Menara Tregunter Hong Kong pada malam hari. Ia memberi tahu petugas keamanan gedung hendak mengunjungi temannya di lantai 40.
Rekaman kamera keamanan menunjukkan Lucidi keluar dari lift di lantai 49, melewati tangga ke lantai atas. Petugas keamanan juga menemukan kunci lantai paling atas telah dibuka secara paksa.
Menurut South China Morning Post, dia terjebak di luar, panik lalu mengetuk jendela hingga mengejutkan seorang pelayan. Sayang, stuntman itu kehilangan pijakan dan jatuh, tewas seketika. Seorang informan mengatakan, Lucidi terakhir terlihat hidup mengetuk jendela penthouse di lantai 68 Menara Tregunter sekitar pukul 19.30 waktu setempat.
Polisi menemukan kamera Lucidi di TKP yang berisi video olahraga ekstrem. Pernyataan resmi dan penyebab kematian Lucidi belum diungkap kepolisian Hong Kong.
"Hidup ini terlalu singkat untuk mengejar unicorn." Remi Lucidi
***
Tidak seorang pun tahu kapan datangnya kematian. Entahkah saat di rumah, atau bekerja. Yang jelas, semua yang hidup akan mati. Dari kisah di atas, kita belajar bahwa jika kita bekerja melebihi batas (limit) dan tidak ada pengendalian diri kematian bisa saja menjemput lebih awal. Semoga kita tetap selamat dan berumur panjang. --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H