Kondisi Kris bisa dikatakan hampir miskin semiskin-miskinnya, meski sudah (baru) mendapat pekerjaan. 'Hampir', karena bukannya tidak memiliki apa-apa (masih dipercayakan motor, gadget maupun laptop). Melainkan karena tidak punya cukup uang untuk kebutuhan yang seabrek.
Sejak pelayanan di PPA dan Lombok selesai, Kris menganggur hingga awal 2019. Baru mendapat pekerjaan di akhir bulan Januari. Gaji pertama Kris masih dihitung harian, hanya cukup untuk membayar tagihan deposito yang sudah menunggak dua bulan. Sedih, kan?
Fasilitas uang makan yang diberikan seminggu sekali dialokasikan untuk BBM dan kopi (aku pecinta kopi hitam). Sedangkan untuk makan siang Kris membawa bekal masakan ibu. Harus mengikat pinggang sekencang mungkin, sampai harus menahan godaan membeli buku.
Maret 2019 adalah jadwal Kris mengunjungi Yanti ke Jakarta. Selain membayar rasa kangen, ada 'hutang' bahan PA yang harus kami selesaikan. Kenapa tidak bertemu bulan berikutnya saja, setelah gajian?, pikir Kris. Itu bisa jadi pilihan paling aman.
Lagi pula, ngapel ke Jakarta tidak hanya butuh biaya transport, tapi makan dan akomodasi. Kris tidak punya pikiran untuk berhutang pada orang tua atau teman, sebab aku tidak suka berhutang. Meminta Yanti untuk membelikan tiket? Gengsi dong, meski dengan pacar. Kris belum melihat adanya peluang (biaya) untuk bisa mengunjungi Yanti.
12 Maret 2019 adalah satu tahun kami jadian. Pertama kali pacaran, tahun pertama jadian. Harusnya sayang untuk dilewatkan. Harus diusahakan bertatap muka. Tapi, bagaimana Kris mau berangkat, sedangkan keuangan tidak mendukung.
Kondisi ini sangat kontras saat Kris masih bekerja di Surabaya. Saat itu Kris masih punya cukup tabungan, takkan kesulitan untuk sekedar membeli tiket kereta, bahkan tiket pesawat kalau perlu.
Kris benar-benar tak berdaya. Membeli tiket kereta saja tidak mampu. Dalam kondisi begini, mana bisa bertemu bapak-mama Yanti? Modal tampang dan niat baik pun takkan cukup!
Syukur kepada Allah, Yanti mau memberi pinjaman dengan membelikan tiket PP Semarang-Jakarta tanggal 9-10 Maret 2019. Tidak pas di tanggal jadian, setidaknya mengusahakan bertatap muka. Sedangkan Kris baru akan gajian lima hari lagi.
Dalam masa LDR yang penuh tantangan ini, Kris dan Yanti saling mendukung. Kami berjuang untuk bisa saling bertatap muka. Ini menjadi prioritas dalam relasi kami. Meski dalam momen ini, Kris yang belum gajian menghadapi kendala dari dalam diri.