Hari Senin jam 16.00, kompleks RT tempat tinggalku mengadakan kerja bakti. Aku masih ada les di jam itu, maka izin datang terlambat. Rupanya banyak bapak-bapak lain yang juga izin terlambat karena masih jam pulang kerja.
Syukur ada kebersamaan yang baik di lingkup RT-ku. Kebersamaan ini yang menjadikan rukun. Bersyukur juga bisa mengalihkan dari kesepian.
2) Mulai les tambahan
Sejatinya, sejak minggu lalu aku tiba di Salatiga sudah bisa mulai les dengan para murid. Namun, karena masih harus istirahat dan beberes rumah aku tunda mulainya. Konsekuensinya, pemasukan tambahannya menurun. Jadi harus sangat menghemat untuk pengeluaran.
Dua hari ini aku sudah mulai les. Otak dan tubuhnya harus dikondisikan dengan ritme kerja berkesinambungan. Meski hanya 60 menit, waktu ngelesi ini juga cukup efektif mengatasi kesendirian. Belum bisa berinteraksi langsung dengan anak sendiri, dengan anak les saja.
3) Lanjut beberes rumah
Rumah tinggal kami memang tidak luas. Namun dengan beragam barang---mainan anak, buku-buku, dan perkakas dapur (istriku produsen minuman herbal pula)---dibutuhkan rak untuk menata barang. Makin sempitlah rumah kami.
Beberapa rak di rumah kami ada yang dibeli, ada pula yang aku buat dari papan ala kadarnya. Dua rak sudah aku bereskan minggu lalu. Masih ada satu rak lagi yang lebih besar. Ditambah dengan satu sisi tembok yang harus dicat. Sampai istri menjelang pulang, pekerjaan beberes belum kelar juga. Terlalu.
Demikian kisahku dalam kesendirian. Meski sendiri di rumah, tetap ada pekerjaan dan hal-hal bermanfaat yang bisa dilakukan. Istri dan anak puas liburan, rumah pun tak nampak berantakan. --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H