Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pulang Haji Pamer Emas, Apakah Tuhan Suka?

13 Juli 2023   12:40 Diperbarui: 13 Juli 2023   12:47 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suarnati pamer emas sepulang ibadah haji | foto: Kompas.com/Darsil Yahya M

Kesenjangan di masyarakat Indonesia bakal sulit ditangani, sebab pamer harta dan kekayaan menjadi gaya hidup orang-orang kaya, maupun yang sok kaya.

Dari anak Rafael Alun, para pejabat pemerintahan, istri para sultan yang arisannya jutaan rupiah, sampai beberapa waktu lalu seorang perempuan pamer emas sepulang ibadah haji.

Suarnati Daeng Kanang (46) berpenampilan glamor dengan ratusan gram emas yang menghiasi tubuhnya sepulang dari Tanah Suci Mekkah. Aksi pengusahah burger ini dilakukan sejak turun dari pesawat sampai tiba di Asrama Haji Sudiang Makassar (5/7/2023).

Orang kalau beribadah kepada Tuhan, harusnya datang dengan penuh kerendahan hati. Setelah beribadah, harusnya menjadikan diri lebih mawas, bisa mengendalikan diri dan melakukan hal-hal yang berkenan kepada Tuhan.

Apakah Tuhan senang dengan sikap pamer emas sepulang haji?

Suarnati mengaku ada sekitar 180 gram emas yang ia kenakan. Mulai dari kalung, gelang sampai cincin. Tapi tidak semua emas itu dibeli dari Tanah Suci, sebanyak 80 gram ia bawa dari Makasar.

Ia berujar, membeli emas dari Tanah Suci untuk memenuhi nazarnya. Ia bernazar sejak sebelum mendaftar, seandainya ia bisa ke tanah suci memakai emas seperti jemaah haji yang glamor saat pulang dari Tanah Suci.

Atas aksinya, Suarnati justru dihujat warganet karena pamer. "Niatnya pasti bukan ingin berhaji... Niat hanya untuk pamer bahwa mampu pergi haji...," @muhfadly.

"Setahu saya pergi haji itu adalah ibadah... ibadah itu tujuannya untuk mendekatkan diri ke sang pencipta,bukan untuk mendapatkan gelar atau strata sosial yang mendekati Riya...," @adiluwehputroparingono. "Dari tanah suci bukannya merendah malah meninggi," timpal akun kidbeck.

Ia pun merasa malu, karena orang pasti menganggapnya pamer emas. Ia tidak menyangka akan menjadi viral. Suarnati lupa kalau ia hidup di era medsos.

Pihak bea cukai Makassar pun memanggilnya sekaligus memeriksa 180 gram emas yang ia bawa. Pemanggilan Suarnati untuk dimintai klarifikasi apakah emas 180 gram itu semuanya dibeli di Arab Saudi atau ada yang dibawa dari Tanah Air.

Jika dibeli dari Arab, akan dikenakan pajak. Tapi kalau Suarnati membawa emas dari Makassar lalu dipakai saat pulang haji, tidak dikenakan pajak. Jelas-jelas ia ingin memenuhi nazar memakai emas pulang dari ibadah haji.

Namun bukannya amanah, kepulangan Suarnati dari Mekkah justru membuahkan aib. Humas Bea Cukai Makassar Ria Novikasari berujar, 180 gram emas yang dipakai Suarnati adalah emas palsu (imitasi).

Hal itu setelah dilakukan pengujian kadar emas yang dilakukan Bea Cukai Makassar dengan Pegadaian Kantor Cabang Pasar Butung Makassar. Berdasarkan hasil uji pegadaian, dinyatakan secara keseluruhan bukan emas.

Malu dong, pamer emas tapi emasnya palsu. Kalau pun emasnya asli, tidak perlu dipamerkan seperti itu, apalagi sepulang ibadah haji---di mana harusnya sikap hatinya lebih bijaksana.

Pakai logika saja, kalau mengenakan emas asli seberat 180 gram dari kepala sampai tangan, itu cukup berat dan menyusahkan. Lagi pula, tindakan pamer tidak dapat dibenarkan dalam aspek kemanusiaan, atau aspek mana pun. Justru norak dan memalukan.

Bea Cukai Makassar tidak mengenakan pajak terhadap emas imitasi Suarnati. Lagi pula nilai barangnya kurang dari 500 USD. Humas Bea Cukai Makassar membenarkan Suanarti membeli emas dari Arab Saudi. Namun, harga emas imitasi sebanyak 180 gram itu hanya Rp900.000.

Namun, tren manusia pamer ini tidak hanya ada di Makassar, melainkan di daerah lain di Indonesia. Entah kenapa, banyak orang Indonesia suka pamer. Justru menunjukkan kualitas hidup yang rendah.

Ada pengalaman serupa dialami istriku beberapa waktu lalu. Bukan istriku yang pamer emas, melainkan orang lain di hadapannya.

Pada minggu pertama bulan Juli, adik iparku melakukan pernikahan di daerah Sumatra Utara. Seperti lazim di masyarakat Indonesia, dalam acara pesta pernikahan biasanya harus berpenampilan menarik, mewah dan kalau bisa glamor. Apalagi kalangan emak-emak.

Pakai kalung yang bandulnya besar, cincinnya memenuhi jari tangan. Memakai kebaya juga yang full payet, harganya mahal, dan model terbaru. Mereka rela beli baru, sampai hutang jika perlu, atau pinjam pun jadi.

Istriku tampil kontras dengan mereka. kebayanya minimalis tanpa payet. Cincinnya kecil. Kalungnya juga kecil, tidak kentara kalau memakai kalung. Istriku ditawari pinjaman kalung emas (asli ya). Ia tentu menolak. Istriku sudah punya kalung meski kecil, miliknya sendiri. Itu pun sebagai hadiah pernikahan. Sebab ia tidak memedulikan tampilan luar dan komentar orang.

Aku jadi teringat tentang kriteria kecantikan seorang perempuan. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. 1 Petrus 3:3-4

Bukan perhiasan emas, tapi roh yang lemah lembut dan tenteram. Itulah kecantikan sejati seorang perempuan. Memancar dari dalam hati. --KRAISWAN 

Referensi: 1, 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun