Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Di Rumah Sendirian (Bagian I)

12 Juli 2023   11:56 Diperbarui: 15 Juli 2023   10:22 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi di rumah sendirian | foto: hubpages.com

Libur t'lah usai, libur t'lah usai, Aye! Aye!

Yel-yel di atas sebagai balasan dari "Libur t'lah tiba, libur t'lah tiba, Hore! Hore!", penyemangat liburan sekolah.

Liburan usai, mau kerja lagi kok senang...? Iyalah, kalau tidak kerja mau makan apa? Lagi pula otot dan syaraf tubuh kita harus kembali dilatih agar kembali kencang. Kalau liburan terus, jadinya lembek. Ada masanya liburan, ada waktunya bekerja.

Dalam mengakhiri liburan di Simalungun---kampung istriku, aku mengalami tantangan tersendiri. Aku harus kembali lebih dulu, karena tanggal 10/7/2023 sudah harus masuk kerja. Sedang anak dan istriku masih tinggal seminggu di kampung untuk menikmati waktu lebih lama dengan opung (kakek). Selama persiaapan pesta pernikahan adikku, menyita banyak waktu dan tenaga.

Ceritanya aku ditinggal anak dan istri. Lebih tepatnya 'meninggalkan' mereka. Jadilah aku di rumah sendirian (home alone). Aku jadi teringat film Home Alone (1990), menceritakan seorang remaja pembuat onar bernama Kevin McCallister (diperankan Macaulay Culkin) yang ditinggal di rumah sendirian sedang seluruh anggota keluarganya liburan.

Sialnya, ada dua perampok yang menyambangi rumahnya. Ia harus mempertahankan rumah itu agar perampok tidak bisa masuk. Dengan peralatan yang ada di rumah, ia membuat senjata pertahanan untuk melawan mereka.

Dalam kasusku, memang tidak sedramatis dalam film tersebut. Tapi momen kesendirian itu yang mirip. Harus tinggal sendirian di rumah setidaknya untuk sepuluh hari, jauh dari anak dan istri. Dulu waktu pacaran, LDR dengan pacar. Kini setelah menikah, LDR juga dengan anak-istri.

Bagaimana rasanya di rumah sendirian?

SEPI.

Betapa pun kecilnya rumah tinggal kami, dijejali dengan bermacam barang. Ketidakhadiran istri yang biasanya cerewet, dan anak bayi yang biasanya mengacak-acak barang: naik turun meja-kursi, mematikan kompor, membuka pintu kulkas sampai saklar lampu menjadi penyebabnya.

Aku berangkat hari Minggu (9/7) jam 5 dari kampung. Perjalanan ke bandara, naik pesawat ke Jakarta, oper bis ke Salatiga. Baru jam 3 dini hari aku tiba di rumah. Apakah bisa langsung tidur? Tidak.

Tidur-tidur ayam di bis yang melaju selama 8 jam cukup mampu menghalau kantuk. Meski alarm tubuhnya mengharuskan jam 3 subuh itu untuk tidur.

Aku segera menaruh barang bawaan, ganti pakaian, mengecas HP, dan memasak nasi buat sarapan dan bekal besok. Inilah perjuangan di rumah sendirian. Biasanya makanan, pakaian dan segala sesuatu di rumah disiapkan istri. Kali ini aku harus mandiri. Betapa rapuhnya kita tanpa sosok penolong.

Nasi sudah dimasak. Lauknya apa? Aku melihat 'brangkas' yang dingin, dan rak bumbu. Ah, orak-arik telur saja, yang mudah dan praktis. Minggu ini kami diizinkan berpakaian bebas-rapi-sopan ke kantor. Jadi tidak pusing hal seragam.

Jarum pendek di antara angka tiga dan empat. Aku sebaiknya tidur, barang 1-2 jam. Tapi... mata sulit dikatupkan betapa pun badan terasa pegal karena duduk di bis selama 8 jam! Gawat. Bagaimana ini?

Rupa-rupanya bayang kesendirian ini masih menghantuiku. Perasaan baru beberapa jam lalu aku masih menggendong anak, masih bisa bersentuhan dengan istriku. Biasanya kalau tidur juga dekat dengan mereka. Sekarang, aku tidur ditemani bantal, guling, selimut dan koleksi boneka anakku. Aku rindu istri dan anakku!

Begini rasanya jadi bujangan biar cuma seminggu. Aku ingin mataku segera terpejam dan berharap besok saat bangun, istri dan anakku sudah ada di sampingku. Dan semoga aku tidak bangun kesiangan! --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun