Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #30

10 Juli 2023   16:57 Diperbarui: 11 Juli 2023   00:36 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengunjungi Ibu Piah di Kulonprogo | dokumentasi pribadi

Sejak 2010, saat sudah mulai tahu apa itu pacaran, salah satu resolusiku adalah punya pacar. Yang aku pahami saat itu, pacar adalah sosok yang bisa diajak jalan-jalan dan berbagi dengan penuh kasih lebih daripada teman atau sahabat.

Waktu itu aku sudah menjadi mahasiswa, secara usia tidak ada salahnya berpacaran. Namun siapa sangka sampai lulus kuliah dan bekerja Kris belum juga 'laku'. Nasib. Di bulan Desember, dalam perayaan Natal sukacitanya pun terasa kurang lengkap.

Aku terbiasa merayakan Natal bareng keluarga, jemaat, teman serta para sahabat. (Demikian juga dialami Yanti.) Harusnya ada sosok spesial yang bisa melengkapi sukacita Kris, yakni sosok pacar (sebelum paham konsep pasangan hidup).

Waktu itu keinginan untuk memiliki pacar masih bisa sesekali diabaikan, karena sebagian rekan Kris juga masih lajang. Ada temannya. Namun, Kris mulai cemas saat satu persatu mereka mulai punya gebetan, lalu pacaran hingga menikah. Sampai dilangkahi oleh adik angkatan.

Hidup rasanya kok begini amat ya...

Siapa sangka, baru delapan tahun kemudian pengembaraan Kris menemui takdirnya. Puji Tuhan, Natal 2018 pertama kalinya Kris dan Yanti bisa merayakannya bersama pacar.

Apakah masalah selesai? Tentu tidak. Ibaratnya, ini hanya satu potongan puzzle yang berhasil disusun. Apa pun itu, rasa syukur kami makin melimpah karena ada sosok pasangan yang Tuhan anugerahkan untuk merayakan Natal bersama.

Momen ini merupakan anugerah yang indah dan tak terduga. Sebenarnya Yanti menggumulkan untuk pulang kampung. Ia sudah rindu ingin bertemu dengan keluarganya di Medan, apalagi kalau bisa merayakan Natal bersama.

Banyak kerabatnya mudik dari tanah rantau, berkumpul setelah belasan tahun tak berjumpa. Momen seperti ini sayang untuk dilewatkan. Namun dengan banyak pertimbangan, Yanti menahan kerinduannya. Salah satunya karena memprioritaskan biaya tiket pesawat untuk adiknya yang tahun itu kuliah ke Jawa. Sebuah pengorbanan kecil seorang kakak, dan kualitas sosok pasangan hidup.

Syukurnya, meski batal mudik Yanti boleh menikmati liburan Natal bersama Kris di kota mungil Salatiga. Yanti sudah beberapa kali mengunjungi adiknya yang kedua yang kuliah di Salatiga. Namun, kali ini pasti berbeda karena Yanti akan liburan dengan Kris.

Kami menyempatkan jalan-jalan di beberapa tempat wisata sekitar Salatiga. Kami juga berkesempatan mengikuti ibadah perenungan Natal di gereja Kris dan merayakan Natal kota di alun-alun Pancasila. Selama liburan ini Yanti transit di rumah salah satu jemaat. Lumayan, menginap gratis.

Salah satu misi dalam liburan kami adalah mengunjungi rekan produsen di Kulonprogo yang sudah kami anggap sebagai orang tua sendiri. Namanya Ibu Piah. Selain kemurahan hatinya, pensiunan guru yang memutuskan selibat ini kasihan karena tinggal sendirian di rumah meski ada beberapa kerabatnya. Harapannya, kunjungan kami bisa sedikit menghiburnya.

Sekalian ke rumah Ibu Piah, kami berwisata yang searah dengan rumahnya. Berikut ini beberapa tempat wisata yang kami kunjungi.

1) Hutan pinus Top Selfie

Melihat unggahan di media sosial, ada satu tempat yang viral di daerah kopeng. Yakni hutan pinus Top Selfie. Sebenarnya tidak ada yang spesial di tempat ini, sama dengan hutan-hutan pinus lainnya. Namun dengan angle yang tepat, berfoto di tempat ini menjadi sangat mengesankan. Di jalanan beton menurun nampak memukau dengan hamparan pohon pinus yang tinggi menjulang di kiri kanannya.

Kami berangkat pagi dari Salatiga, sehingga petugas loketnya belum datang. Kami bisa masuk tanpa membayar tiket. Ada beberapa pengunjung lain yang 'seberuntung' kami. Tapi menjelang jam 8, petugasnya datang dan memintai kami kontribusi tiket juga, yah...

Mulanya kami ingin selfie (sesuai dengan nama lokasinya) dengan HP sendiri. Namun, kami dirayu oleh fotografer setempat untuk difotokan. Dengan harga yang sangat murah, yakni Rp2.500/file, dan lensa kamera yang panjang, kami pun menerima. Lumayan, latihan buat prewed, haha...

Mengunjungi Ibu Piah di Kulonprogo | dokumentasi pribadi
Mengunjungi Ibu Piah di Kulonprogo | dokumentasi pribadi

2) Ari terjun Kembang Soka

Dengan teknologi 'mahatahu' Google, kami mencari tahu tempat wisata alam yang di sekitar Kulonprogo. Ketemulah, salah satunya air terjun Kembang Soka.

Dari unggahan di Instagram, kelihatannya menarik. Kami pun hendak membuktikannya sendiri. Hasilnya? Tidak buruk lah, meski yang di Instagram kebanyakan efeknya. Air terjunnya juga kecil, tidak sebesar di Curug Lawe-Benowo di Ungaran.

Jalan-jalan ke air terjun Kembang Soka | dokumentasi pribadi
Jalan-jalan ke air terjun Kembang Soka | dokumentasi pribadi

Disebut air terjun "Kembang Soka" karena ada beberapa pokok kembang soka di sekitar air terjun yang airnya ditampung di sebuah kolam yang warnanya menjadi hijau toska memesona.

3) Taman Sari

Berikutnya kami mengunjungi Taman Sari, Jogja. Tempat ini situs bekas taman istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dibangun pada zaman Sultan Hamengkubuwono I pada 1758-1765.

Mulanya seluas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kini, sisa bangunannya hanya di barat daya kompleks Kedhaton saja.

Mengunjungi Taman Sari, Jogja | dokumentasi pribadi
Mengunjungi Taman Sari, Jogja | dokumentasi pribadi

Walau secara resmi menjadi kebun kerajaan, beberapa bangunan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika ada serangan dari musuh. Kini Taman Sari menjadi tempat wisata untuk umum.

Setelah puas mengelilingi beberapa sudut Taman Sari, kami ngadem di depan pintu masuk. Kami pesan minuman jamu ditambah es. Segar, sehat pula. Kebetulan Yanti juga produsen minuman herbal ini. Jual jamu, ya beli jamu juga.

Beli jamu di depan kompleks Taman Sari | dokumentasi pribadi
Beli jamu di depan kompleks Taman Sari | dokumentasi pribadi

Selain jalan-jalan dan ibadah bersama, dalam liburan kali ini Yanti berkesempatan ke rumah Kris untuk berkenalan dengan bapak-ibu. Mereka senang, akhirnya anaknya bisa mengajak pacar ke rumah. Mereka berpesan, pacaran dulu baik-baik sambil saling mengenal.

Satu sisi, Kris masih sulit percaya bisa mengenalkan pacar pada orang tua. Di sisi lain bersyukur, pergumulan selama ini tentang pasangan hidup telah terjawab. Semoga sosok yang dikenalkan pada orang tua ini juga sampai di pelaminan kelak. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun