Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #27

12 Juni 2023   14:49 Diperbarui: 12 Juni 2023   14:51 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PA di Jakarta di sela-sela melamar pekerjaan | dokumentasi pribadi

Bukan Kris namanya jika karena satu-dua hambatan sudah menyerah. Sejak mengerjakan tugas akhir kuliah yang amat ribet, dengan dosen pembimbingnya profesor, aku belajar tentang kerja keras.

Di masa pacaran ini porsinya beda memang, lebih berat. Tapi sudah terbentuk mental yang lebih tangguh. Itu karena masa-masa tugas akhir itu aku kerjakan dengan tekun. Jika aku menyerah waktu itu, pasti beda juga kualitas mentalku.

Jatuh tiga kali, bangkit empat kali.

Aku mulai lagi membuat surat lamaran kerja. Ditolak yang satu, dicoba yang lain. (Kan sudah pengalaman sering ditolak cewek, haha) Ditolak lagi, coba lagi. Kerinduanku adalah kembali mengajar sebagai guru. Tapi, seandainya di waktu ini Tuhan mengizinkanku tidak mengajar, aku mau tetap bersyukur. Tidak ingin terlalu pilih-pilih pekerjaan.

Aku ceritakan pengalaman ikut jobfair di kampus UKSW Salatiga. Aku mendaftar ke dua stan lembaga pendidikan dan langsung diwawancara. Satu lembaga berkantor di Jakarta, lainnya di Bandung.

Apakah Tuhan mengizinkan aku ke Jakarta?

Pikirku, jika diterima di Jakarta akan sangat menolong relasi Kris dengan Yanti. Tapi jika di Bandung pun, dengan nilai UMR yang lebih baik dari Salatiga, rasanya masih memungkinkan mengunjungi Yanti di Jakarta 1-2 bulan sekali.

Dengan secuil pengalaman di Surabaya kemarin, aku bisa melalui wawancara dengan lancar. Aku lebih percaya diri. Dua hari kemudian, Sabtu, aku diundang psikotes di kampus oleh lembaga dari Jakarta itu. Jika lolos, akan diundang ke Jakarta untuk tahap berikutnya.

Sorenya, teman Kris yang bekerja di kampus mendapat bocoran dari rekannya nama-nama yang lolos tes tersebut. Nama Kris tidak masuk. Tapi masih diminta menunggu dua minggu lagi, katanya.

Aku jadi harap-harap cemas. Sudah begitu, tidak ada kabar lagi dari sekolah di Bandung. Mungkin karena skill bahasa Inggris ku tidak mumpuni. Sekolah tersebut bilingual Indonesia-Inggris.

Dua minggu setelah jobfair. Jika lebih dari dua minggu tidak ada kabar, artinya satu: ditolak. Menyerah? Tidak. Jangan.

Kris segera menyiapkan lamaran dengan target Surabaya. Berarti Tuhan belum mengizinkan Kris berkarya satu kota dengan Yanti. Aku mengirim berkas via email. Namun karena respons lambat, aku berniat mengirim juga berkas cetaknya. Siapa tahu kalau cetak akan lebih cepat direspons.

Aku tiba di depan pintu kantor pos, hendak menuju loket. Iseng, Kris melihat papan pengumuman meski tak yakin ada lowongan guru di sana. Dalam waktu itu, Kris sambil mengecek email dari HP. Ada satu pesan masuk dari sekolah di Jakarta tempat Kris ikut psikotes sebelumnya.

YES!! Hampir saja aku berteriak saking girangnya. Meski terlambat, aku anggap ini sebuah peluang. Aku pun balik kanan, batal mengirim berkas cetak. Begini lho, sensasinya mencari pekerjaan.

Kebahagiaanku seolah berlipat-lipat. Pertama, ada kesempatan Kris akan tinggal satu kota dengan Yanti. Kedua, akan segera melepas gelar jobless. Inilah bentuk pertolongan Tuhan yang Kris lihat waktu itu.

Kris segera memesan tiket ke Jakarta. Demi menghemat biaya hidup, Kris melobi teman mahasiswa yang dulu satu persekutuan untuk menumpang di kosnya. Puji Tuhan, disediakanNya tempat untuk menyandarkan kepala, gratis. Tidur di stasiun juga pernah sih...

Hari pertama tes. Kris diminta mengerjakan soal-soal fisika jenjang SMP. Aku pun cemas, sebab dulu di Surabaya tidak ada tes semacam ini. Akankah aku lulus?

Meski pernah menjadi guru les Fisika, aku merasa payah. Aku kesulitan mengerjakan tes. Entah lupa rumus, atau memang tidak paham soalnya. Waktu selesai. Sebagai sarjana yang tidak jago fisika, aku sudah berjuang semampuku. Berikutnya, Tuhan yang bekerja.

Sebelum pamit, Kris diminta menunggu kabar dan tetap di Jakarta. Keesokan harinya, saat masih rebahan di kos teman, Kris ditelpon untuk datang ke kantor yayasan untuk tes Bahasa Inggris. Wow...! Apakah ini artinya aku lolos ke tahap selanjutnya? Aku makin antusias, siap menjejali ibu kota.

Aku sadar, skill Bahasa Inggrisku sangat minim, sehingga tidak mau percaya diri berlebihan. Namun, jika dilanjutkan sampai di tahap ini, artinya peluang untuk diterima sudah makin dekat. Selesai tes, aku diminta pulang dan menunggu kabar sekitar dua minggu.

Dua minggu...? Kenapa lama sekali? Positive thinking saja. Tuhan sudah menuntun sampai sejauh ini. Aku percaya, Tuhan akan terus campur tangan.

Aku segera meninggalkan lokasi tes. Atas arahan Yanti, aku diminta menuju salah satu mal dekat kantornya. Yanti akan menjemputku di sana. Akan akan menikmati quality time dengan sharing dan diskusi.

Di salah satu restoran tidak jauh dari mal, kami menyantap makan malam dan membahas satu bab buku untuk PA. Di tengah perjuangan Kris mencari kerja, harus bisa memaksimalkan waktu untuk terus belajar dengan Yanti. Ini yang kami sebut pacaran berkualitas.

Ternyata ruang penghidupan Kris memang bukan di Jakarta. Dua minggu sejak tes, tidak ada kabar apa pun. Aku sudah menanyakan via email, tidak ada balasan. Aku tidak diterima. OK, perjuanganku hanya sampai di tes Bahasa Inggris.

Aku tidak berniat melamar ke sekolah lain di Jakarta. Aku justru membuka diri pada kota lain untuk berkarya. Lagi pula, sejak pertama menginjakkan kaki di Jakarta, Kris tidak cocok dengan atmosfer lingkungannya. Aku memberanikan diri ke Jakarta semata-mata demi mendukung relasiku dengan Yanti.

Singkat cerita, Kris jadi mengirimkan berkas cetak ke Surabaya yang kapan lalu hendak dikirim via kantor pos. Kris segera dipanggil untuk melakukan wawancara, langsung tes materi. Hasilnya? DITOLAK, meski sudah melakukan tes ulang.

Berapa lama aku akan menyandang gelar jobless? --KRAISWAN 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun