Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ajak Anak Naik Bus, Memberi Petualangan dan Pengalaman

29 Mei 2023   14:58 Diperbarui: 29 Mei 2023   18:06 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus pariwisata gratis (Sumber transjakarta via travel.kompas.com)

Aku dan istri berkomitmen untuk mengajarkan pada anak bayi kami hal-hal baru. Diantaranya mengajaknya berwisata ke tempat yang banyak hewannya dan naik bis. Keduanya perlu perencanaan matang, sebab perjalanan luar kota.

Melihat hewan-hewan sudah aku tepati Kamis (18/5) lalu. 10 hari kemudian, Minggu (28/5) aku dan istri mengajak anak kami naik bus ke arah Solo. Capaian utamanya adalah melatihnya perjalanan jauh dengan kendaraan umum.

Tak hanya pengalaman, misi naik bus ini bakal menjadi petualangan bagi anak kami. Sebab kenyamanan dengan kendaraan pribadi harus dilepaskan. Sebagai gantinya antri, macet, panas dan harus oper angkutan.

Perjalanan Salatiga-Solo (56 km) tidak ada apa-apanya dibanding Salatiga-Kokap (100 km). Kami pernah mengajak anak bayi ke Kokap dengan motoran. Kali ini naik bus. Sensasi, suasana dan tantangannya jelas beda.

Hari Minggu ini kegiatan Sekolah Minggu digabung dengan ibadah umum. Kami berjuang tidur lebih awal semalam sebelumnya. (Realita: tidur tengah malam juga.) Syukurnya kami bisa bangun lebih awal. Aku memandikan anak, istri menyiapkan kopi dan roti bakar untuk sarapan.

Sekitar 6.50 kami tiba di gereja, masih dapat tempat duduk di gedung utama. Selesai ibadah pukul 10.30, belanja sebentar ke pasar dan sarapan. Motor kami titipkan di salah satu tempat penitipan dekat lampu merah.

Menunggu bus di halte | foto: KRAISWAN
Menunggu bus di halte | foto: KRAISWAN

Halte terdekat berjarak sekitar 20 m dari penitipan. Di depan kami sudah menunggu seorang ibu muda dengan dua anaknya. Katanya, ia sudah menunggu cukup lama. Waktu ia tiba, busnya pas lewat. Bus berikutnya tak kunjung datang.

Tantangan pertama, lama menunggu bus. Kalau penuh harus berdiri berdesakan. Tapi kalau menunggu bus berikutnya bakalan lama. Berharap masih ada bangku yang tersedia, syukur yang di depan.

Aku jadi teringat masa bekerja di Surabaya dulu. Menunggu bus menjadi masa yang romantis seperti menunggu pasangan hidup, heyahh... Aku dulu biasa berangkat sore, bus lebih sering lewat.

Lima menit kemudian, bus pun datang. Syukurnya ada bangku kosong. Mulanya kami pilih sisi kanan baris ketiga. Lalu istri menyarankan aku pindah ke paling depan agar anak kami bisa melihat lebih jelas.

Di bangku depan, si anak lebih antusias melihat kendaraan yang berlalu. Berkali-kali dia bilang "Bis... biss..." Selama ini melihat bus hanya dari gambar, atau dari jauh. Kini, ia berpengalaman melihat dari dekat, bahkan naik di dalamnya.

Antusias naik bus | foto: YANTI
Antusias naik bus | foto: YANTI

Dua puluh menit kemudian, anak kami mulai tenang. Ia mengantuk. Waktunya minum susu dan tidur. Syukurnya, bayi kami mudah tidur di perjalanan.

Tantangan kedua adalah biaya. Dari Salatiga-Solo, biayanya Rp25.000/orang. Dua orang pergi-pulang sudah Rp100.000. Padahal kalau naik motor paling BBM cuma Rp25.000. Namun, demi pengalaman bersama anak, kami rela.

Waktu mendekati terminal Boyolali, ada sedikit drama, tantangan ketiga. Bus kami dipepet truk yang mengakut beberapa unit motor baru. Sepertinya sopirnya mengantuk. Syukurnya, semua selamat.

Sejam kemudian, kami tiba di terminal Tirtonadi. Istirahat sebentar dan berfoto-foto. Aku hendak mengantar istri membeli sepatu untuk nikahan adik kami. Mengajak anak naik bus sekalian belanja sepatu.

Anak bayi bergaya di terminal | foto: KRAISWAN 
Anak bayi bergaya di terminal | foto: KRAISWAN 

Kami sempat bertanya harga rental motor di dekat terminal. Tapi jatuhnya lebih mahal. Akhinya kami putuskan naik taksi online. Lebih mudah dan praktis.

Perlu setidaknya dua jam bagi istriku memilih sepatu yang cocok. Aku bertugas momong si anak bayi kami yang super aktif. Beginilah kalau mengantar wanita belanja. Sabarr... Selesai belanja, kami melahap bekal roti di bangku depan toko.

Mengajak anak naik bus sekalian beli sepatu | foto: KRAISWAN 
Mengajak anak naik bus sekalian beli sepatu | foto: KRAISWAN 

Dengan pertimbangan waktu, kami putuskan segera kembali ke stasiun. Makannya nanti di Salatiga. Bagaimana cara kembali ke terminal? Atas saran istri, aku bertanya pada juru parkir. Ada bus jurusan ke stasiun. Ada halte BST (Batik Solo Trans) sekitar 30 meter dari toko sepatu.

Kami menunggu cukup lama. Malah angkot biru yang paling sering lewat. Jika busnya tidak datang juga, kami ingin naik taksi online. Ide istri, bagaimana kalau naik angkot saja?

Kami sempat ragu karena angkot yang lewat sering kosong penumpang dan pintu selalu tertutup. Akhirnya kami bertanya pada sopir apakah lewat terminal. Ya, katanya. Kami pun naik. Pintu angkot diberi tuas mekanik. Canggih. Ternyata angkotnya ber-AC. Selain itu lebih aman.

Naik angkot ber-AC | foto: KRAISWAN 
Naik angkot ber-AC | foto: KRAISWAN 

Ini menjadi pengalaman baru buat kami. Kami pun membayar cash. Di jendela angkot ada informasi biaya tiap penumpang Rp3.700/ orang. Jalannya memang agak jauh mengikuti rute, tapi harganya sangat terjangkau. Angkot ini disebut "teman bus", dan berplat merah.

Tiba di terminal, kami segera mencari bus jurusan Semarang. Syukur, menunggu sebentar di dalam, lalu segera berangkat. Waktu menunggu itu, ada kerabat (sepantaran Mbahku) yang juga naik bis. Malah kami yang dibayarkan ongkosnya. Puji Tuhan.

Meski sudah mengantuk, anak kami tetap terjaga. Rugi kalau ditinggal tidur. Kami kembali dapat bangku paling depan. Setengah jam kemudian, anak kami terlelap juga, diikuti istriku. 

Syukurlah, kami bisa menepati komitmen untuk mengajak anak bayi berpetualangan naik bus dengan lancar dan aman. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun