Di bangku depan, si anak lebih antusias melihat kendaraan yang berlalu. Berkali-kali dia bilang "Bis... biss..." Selama ini melihat bus hanya dari gambar, atau dari jauh. Kini, ia berpengalaman melihat dari dekat, bahkan naik di dalamnya.
Dua puluh menit kemudian, anak kami mulai tenang. Ia mengantuk. Waktunya minum susu dan tidur. Syukurnya, bayi kami mudah tidur di perjalanan.
Tantangan kedua adalah biaya. Dari Salatiga-Solo, biayanya Rp25.000/orang. Dua orang pergi-pulang sudah Rp100.000. Padahal kalau naik motor paling BBM cuma Rp25.000. Namun, demi pengalaman bersama anak, kami rela.
Waktu mendekati terminal Boyolali, ada sedikit drama, tantangan ketiga. Bus kami dipepet truk yang mengakut beberapa unit motor baru. Sepertinya sopirnya mengantuk. Syukurnya, semua selamat.
Sejam kemudian, kami tiba di terminal Tirtonadi. Istirahat sebentar dan berfoto-foto. Aku hendak mengantar istri membeli sepatu untuk nikahan adik kami. Mengajak anak naik bus sekalian belanja sepatu.
Kami sempat bertanya harga rental motor di dekat terminal. Tapi jatuhnya lebih mahal. Akhinya kami putuskan naik taksi online. Lebih mudah dan praktis.
Perlu setidaknya dua jam bagi istriku memilih sepatu yang cocok. Aku bertugas momong si anak bayi kami yang super aktif. Beginilah kalau mengantar wanita belanja. Sabarr... Selesai belanja, kami melahap bekal roti di bangku depan toko.
Dengan pertimbangan waktu, kami putuskan segera kembali ke stasiun. Makannya nanti di Salatiga. Bagaimana cara kembali ke terminal? Atas saran istri, aku bertanya pada juru parkir. Ada bus jurusan ke stasiun. Ada halte BST (Batik Solo Trans) sekitar 30 meter dari toko sepatu.