Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Malaysia Panic Buying Air Minum, Hikmah untuk Lebih Menghargai Air Bersih

23 Mei 2023   14:31 Diperbarui: 24 Mei 2023   09:58 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panic Buying terjadi di Penang, Malaysia, di mana para warga berbondong-bondong membeli air minum kemasan, karena kekeringan yang terjadi di sana.| Sumber: Bernama via kompas.tv

Dunia takkan lupa, bagaimana manusia dibuat panik berbelanja (panic buying) gegara Covid-19. Orang ramai memborong masker, hand sanitizer sampai susu beruang yang konon ditakuti virus Corona. Padahal, rasa takut itu sendiri yang berpotensi membunuh dibanding Corona.

Viral di media sosial, Malaysia terjadi fenomena panic buying. Bukan panik membeli masker atau susu beruang, tapi air mineral kemasan. Kok bisa?

"Bencana" ini rupanya disebabkan oleh kombinasi kekeringan bendungan dan kesalahan sistem distribusi air yang memicu panic buying air minum kemasan di sejumlah wilayah di Malaysia pekan ini.

Dilansir dari The Star, sekitar 1 juta orang di Penang dan Kedah terkena dampak. Minggu (21/5), curah hujan di Malaysia turun dan bendungan pun mengering. Kondisi ini membuat warga khawatir kekurangan air bersih yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan.

Beberapa video viral di media sosial yang menunjukkan penduduk menyerbu supermarket dan "membersihkan" botol air minum dari rak-rak toko.

Panic buying air minum di Malaysia | foto: tangkapan layar Tiktok/@finazeffendy76
Panic buying air minum di Malaysia | foto: tangkapan layar Tiktok/@finazeffendy76
Kejadian tersebut tidak berlangsung lama. Pasokan air telah pulih dalam waktu kurang dari 24 jam setelah kejadian. Meski begitu, banyak penjual makanan memutuskan untuk tidak membuka warung/tokonya. Sebab, mereka tidak dapat menyimpan bahan makanan tanpa air sehari sebelumnya.

Betapa pentingnya air bersih bagi kehidupan. Aku teringat film jadul, lupa judulnya apa. Diceritakan dalam film itu harga air bersih jauh lebih mahal dari pada minyak. Minyak hampir tidak laku. Akibatnya, para raja minyak terancam rugi.

Ternyata, ada sekomplotan orang yang dengan sengaja mencemarkan sumber air di masyarakat dengan bahan beracun. Kelompok ini punya sumber air bawah tanah yang melimpah. Poinnya? Air lebih prioritas dibanding minyak. Kalau hanya ada satu pihak yang punya sumber air bersih, dia bisa menjual dengan harga setinggi-tingginya melebihi harga minyak.

Fenomena panic buying air minum kemasan di Malaysia ini dipicu menurunnya volume air di beberapa bendungan di Penang yang tak teraliri air dari Sungai Muda secara optimal. 

Bendungan Ayer Itam hanya terisi 39,8 %, Bendungan Teluk Bahang 46,2 %, bahkan Bendungan Mengkuang yang lebih besar, yang biasanya terisi lebih dari 90 % turun menjadi 88,2 %.

Pihak berwenang harus memeriksa apakah sensornya rusak, atau ada virus dalam programnya. Kalau sensornya rusak, harusnya juga ada peringatan yang dikirim ke setiap otoritas pengelola air di Penang dan Kedah saat permukaan air Sungai Muda di bawah batas.

Anggota Parlemen lokal, Chow Kon Yeow menghimbau warga Penang agar menghemat air. Ia melanjutkan, Bendungan Ayer Itam dapat menyediakan air bagi penduduk setempat hanya cukup untuk 120 hari.

Chow Kon menyebut, tidak benar bahwa Penang tidak memiliki rencana masa depan untuk ketahanan air. Ada banyak rencana dan pihak berwenang telah berkomunikasi dengan rekan-rekan di Kedah. Meski tidak dijabarkan seperti apa rencana yang dimaksud.

Presiden Penang Water Watch, Dr. Chan Ngai Weng mengatakan penggunaan air harian per kapita Penang melonjak hingga di atas 300 liter. Tarif harus dinaikkan untuk mengendalikan pemborosan air.

Chan menjelaskan, kerusakan pada sensor pintu air menjadi salah satu sumber masalah. Sensor yang salah ini membuat gerbang bendungan di Sungai Muda terbuka. Seharusnya ada peringatan otomatis ketika gerbang bendungan terbuka sendiri.

Tidak hanya karena virus berbahaya seperti Covid-19, kelangkaan air bersih juga bisa memicu panic buying. Dari fenomena ini, kita bisa mengambil hikmahnya.

1) Cuaca global tidak menentu

Kondisi cuaca global saat ini menimbulkan ketidakpastian. Musim penghujan dan kemarau tidak lagi datang sesuai jadwal. Saat kemarau bisa hujan deras, saat penghujan bisa panas menyingsing.

Yang terjadi di Malaysia, pintu bendungan terbuka karena masalah teknis. Ditambah curah hujan menurun, akibatnya stok air di bendungan berkurang. Ketidakpastian global harus disiasati agar tidak "kecolongan" seperti ini.

2) Negara lain bisa senasib dengan Malaysia

Kita di Indonesia (maupun di negara lain) yang sumber air berlimpah-limpah tidak boleh lengah. Jika Malaysia mengalami kekeringan di bendungan salah satunya karena kekeringan, di negara lain juga bisa mengalami.

Kita bersyukur, baru di era pemerintahan Jokowi dibangun banyak waduk dan bendungan, khususnya di daerah yang curah hujannya sedikit. Namun itu sebatas ikhtiar. Banyak bendungan kalau tiada hujan juga percuma.

3) Air bersih makin sulit didapat, yuk hemat!

Kita tidak harus mengalami kekeringan seperti Malaysia agar menghemat air bersih, lalu terjadi panic buying pula. Mau air melimpah atau tidak, hendaknya kita memakai air bersih dengan bijak. Entahkah untuk mandi, cuci atau minum.

Paling simpel, kalau minum dari air gelas kemasan harus dihabiskan, jangan disisakan. Sampai ada produsen yang mengganti kemasan lebih kecil, agar kalau orang minum tidak habis tidak banyak yang dibuang.

Kalau ada godaan membuang air sisa di gelas kemasan, ingatlah fenomena di Malaysia ini. Seiring berkembangnya teknologi dan industri, air bersih makin sulit didapat. Yuk hemat air bersih! --KRAISWAN 

Referensi: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun