Aku terus berjuang dalam doa, sekiranya Tuhan memberi kesempatan untuk mengenal lawan jenis yang akan menjadi calon pasangan hidupku. Setidaknya bisa berkomunikasi secara intens.
Tapi semuanya zonk. Di mana salahnya? Kenapa dari tempat yang aku doakan tidak ada satu pun yang mengarah sebagai jawabann?
Dalam kegalauan itu, tiba-tiba Kris teringat seorang kenalan yang mungkin masuk kriteria. Meskipun peluangnya sangat tipis, dan tidak masuk dalam daftar yang aku doakan. Kris tidak benar-benar mengenalnya, karena sangat jarang bertemu.
Komunikasi via BBM waktu itu, juga sangat terbatas sekedar basa-basi. Sudah begitu, kami terpisah di timur dan barat Pulau Jawa. Bagaimana mungkin gadis ini memberi pulang buatku?
Gadis ini adalah sahabat doa sejak Kris mengerjakan skripsi. Mulanya aku cuek, tapi lama-kelamaan entah kenapa ada perasaan yang berbeda. Dari hal-hal sepele Tuhan mengizinkan relasi kami kian akrab. Tuhan bak sutradara yang mengatur jalan cerita kami.
Aku mulai membuka diri dan terlibat komunikasi yang intens dengan Yanti. Dari sini aku merasakan pimpinan Tuhan. Jangan-jangan inilah sosok pasangan hidup yang Tuhan siapkan.
Singkat cerita, seiring waktu yang berlalu memang Tuhan mengarahkanku pada sosok Yanti. Meski tidak akrab dan jarang bertemu. Biar pun terpisah di kota yang bebeda. Atas pimpinan Tuhan, semua kendala itu bisa teratasi hingga kami berkomitmen dalam pacaran hingga menikah. --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H