Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Guru Honorer dan Ridwan Kamil yang "Tidak Anti Kritik"

20 Maret 2023   11:06 Diperbarui: 20 Maret 2023   11:32 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedekatan Sabil dan Emil | foto: TribunSumsel.com

Rupanya Emil sempat mengirimkan direct message (DM) di Instagram pada Sabil. "Tidak pantas seorang guru spt itu." kata Emil. Usai menerima DM tersebut, Dapodik milik Sabil langsung dicabut. Dia pun diberhentikan dari dua sekolah temmpatnya mengajar sebagai guru honorer yaitu di SMK Telkom dan SMK Ponpes Manbaul Ulum.

Terkait pemecatan Sabil ini, Emil mengaku tidak tahu menahu. Emil juga tidak mengatakan tidak melakukan apa pun terhadap Sabil. "...Pada dasarnya kritik mah boleh-boleh aja. Saya kan selalu menjawab, kalau mengkritik boleh, kalau tidak sopan ya harus sopan, gitu aja. Bahwa sekolahnya melakukan sebuah tindakan, kan di luar kewenangan saya," ujar Emil.

Emil mungkin tidak melakukan apa-apa setelah komentar Sabil. Tapi, dengan melakukan "pin" justru memperkeruh suasana di media sosial. Bisa jadi, dua sekolah tempat Sabil mengabdi merasa malu dan insecure karena pegawainya memberi komentar tidak sopan pada unggahan pak gubernur, di-pin lagi.

Padahal, kalau memang Kang Emil tidak antri kritik seperti yang dikatakannya, dia tidak harus memasang pin pada komentar Sabil. Dengan besarnya wewenang sebagai gubernur, dia tetap bisa memberi himbauan agar sekolah tempat Sabil mengajar tidak perlu memecatnya. Dengan begitu akan menjaga wibawa Emil sebagai pemimpin. Namun, Emil hanya diam. Padahal, pekerjaan sebagai guru honorer sendiri sudah susah.

Informasi dari SMK Telkom Cirebon, ternyata guru Sabil punya kebiasaan yang kurang sopan. Ia sudah dua kali melakukan pelanggaran. Sabil pernah diadukan orang tua murid karena bekata kasar pada siswa di kelas. Lalu Sabil juga melanggar aturan tentang guru tidak boleh merokok. Lebih parah, Sabil mematikan CCTV agar aksi merokoknya tidak ketahuan.

Sabil sendiri mengaku, ia sudah mendapat SP1 dan SP2 dari yayasan. Meski pihak sekolah menawarkan untuk kembali mengajar di sekolahnya, Sabil menolaknya. Ia merasa malu, karena komentarnya di medsos, membuat dua lembaga terbawa dalam masalah.

***

Belajar dari kasus ini, kita harus berhati-hati dalam bertutur kata baik di dunia nyata maupun di media sosial. Jika ada pihak yang tersinggung, kita menanggung 'getahnya'.

Kalau Kang Emil memang tidak anti kritik, harusnya tidak perlu memasang pin dalam komentar Sabil. Di luar pelanggaran yang dilakukan Sabil, sebagai pemimpin Kang Emil harusnya bisa memberi himbauan kepada sekolah tempat Sabil mengajar agar tidak memecatnya. Bukannya diam dan terkesan 'cuci tangan'. --KRAISWAN 

Referensi: 1, 2, 3, 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun