Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Meski Megap-megap, Hidup Harus Level Up

27 Oktober 2022   14:53 Diperbarui: 30 Oktober 2022   13:25 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: myjourneyoffaith.com, jw.org, Getty Images, IG/Jokowi

Jokowi berasal dari keluarga kelas bawah. Semasih kecil, rumahnya digusur hingga tiga kali. Masa kecilnya dijalani dengan berat, misalnya terpaksa berdagang, ojek paying dan menjadi kuli panggul. Namun ia bisa menempuh pendidikan tinggi hingga lulus dari Fakultas Kehutanan UGM. Sehabis lulus, ia menjadi pengusaha meubel dan terbilang sukses.

Jokowi masuk politik dengan menjadi wali kota Surakarta pada 2005. Namanya kian bersinar karena berhasil mengubah citra Surakarta menjadi kota pariwisata, budaya dan kota batik yang terkenal. Anak tangga berikutnya, ia maju ke DKI Jakarta sebagai gubernur pada 2012. Lalu pada 2014 ia mendapat dukungan dari banyak pihak untuk maju sebagai presiden karena dikenal sebagai pemimpin yang "muda" dan "bersih". Banyak negara dan tokoh dunia mengakui, Jokowi adalah presiden terbaik yang dimiliki Indonesia.

Bagaimana dengan aku?

Meski tidak sehebat tokoh-tokoh di atas, aku juga pernah level up. Dalam porsi terkecil tentunya. Dulu sewaktu mahasiswa aku melakoni jadi guru les fisika untuk anak SMP. Ada Lembaga bimbel yang menjadi perantara antara aku dan murid. Honornya dibagi dua, cuma cukup untuk beli bensin.

Kini, setelah menjadi guru, aku dipercaya memberi les tambahan pada beberapa murid secara privat. Salah satunya bahkan murid Sekolah Internasional. Aku, yang bicara Bahasa Indonesia saja fals, mau memberi les pada murid SI? Nyatanya, kepercayaan itu bisa terus aku jaga.

Kedua, menjadi pembina saat upacara bendera hari Senin. Dalam pandanganku, yang menjadi pembina adalah kepala sekolah, wakasek, atau guru yang senior. Aku adalah guru muda yang masih minim pengalaman. Namun, koordinator upacara memintaku menjadi pembina. Padahal sebelumnya cuma jadi penjaga barisan murid, paling mentok pembawa teks Pancasila, hehe.

Menjadi pembina upacara | dokpri/WISMANTI
Menjadi pembina upacara | dokpri/WISMANTI

Ketiga, menjadi proktor dalam kegiatan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer). Tahun lalu aku ditugasi menjadi teknisi. Tugasnya membantu murid menginstal aplikasi Exambrowser di laptop dan hal-hal teknis terkait.

Tahun ini, aku diminta menjadi salah satu proktor dalam ANBK di sekolahku. Proktor (host) bertugas mengaktifkan akun peserta agar bisa login dan memberikan token yang diperbaharui setiap beberapa menit.

Proktor sebelumnya menjadi tim teknis tingkat kecamatan (doi level up juga). Aku tahu tentang komputer, tapi tidak mahir. Ada guru lain yang lebih ahli, tapi aku diberi kepercayaan ini. Aku pun tetap belajar mengerjakan tugas sebaik-baiknya.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun