Dua tahun belajar daring telah menghapuskan budaya disiplin yang selama ini terbentuk, salah satunya berbaris rapi di depan kelas sebelum masuk ruangan. Di awal semester, kami wali kelas harus mengajari dan melatih mereka seperti mengajari dari nol. Banyak murid yang tetap berkerumun di kelas meski bel sudah berbunyi.
Namun setelah berjalan sebulan lebih, mereka akhirnya punya kesadaran. Sebelum masuk kelas, harus berbaris. Beberapa anak yang bertugas sebagai ketua (di tempat kami jabatan dalam kelas digilir supaya adil) harus mengonfirmasi padaku, "Mr, ini baris dulu?" Namun, mereka kini telah sadar dan melakukan secara mandiri. Senangnya hati Pak Guru.
Mengetuk Pintu Sebelum Masuk Ruangan
Salah satu cara mengajari anak sopan santun adalah mengetuk pintu sebelum masuk ruangan. "Generasi Covid-19" banyak yang lupa etika ini. Barang kali ada juga yang merasa di rumah sendiri. Langsung masuk tanpa mengucapkan permisi, tidak menyapa Ms/Mr, langsung eksekusi (misalnya mau minta tisu, minta masker atau mengisi botol minum).
Bahkan pelakunya ada yang dari kelas 6. Jika anak muridku, aku akan memintanya mengulangi dari luar. Harus mengetuk pintu dan mengucapkan permisi. Hal yang sama aku terapkan jika ada yang berlarian naik tangga. Aku minta mereka mengulangi dari bawah. Kejam ya...?
Namun, lama-kelamaan para murid sadar dan lebih disiplin. Setiap kali masuk ruangan, meski pintu sedikit terbuka, mereka harus mengetuk pintu. Apalagi kalau ada Mr. Kris. Mending mengetuk pintu dari pada diminta mengulang.
Tahu Kata-kata yang Tidak Baku
Dalam pelajaran Tematik Tema 3, salah satu materi yang dipelajari adalah "Kata baku dan tidak baku". Dari sini anak-anak diajari untuk mengetahui, mengenal, mengidentifikasi kata-kata yang baku dari yang tidak baku.
Awalnya mereka mengeluhkan banyaknya daftar kata yang aku berikan. Mereka takut kalau tidak hafal. Namun saat aku berikan latihan dalam teks lengkap, mereka lebih paham.