Denny Siregar memberi ilustrasi sederhana namun menarik tentang subsidi BBM. Ibaratnya seorang ayah (pemerintah) yang memberikan uang bulanan kepada anaknya (masyarakat) yang seharusnya sudah mandiri. Supaya gaji anaknya bisa ditabung, si ayah harus memberi subsidi supaya anaknya bisa membayar kos, makan, bahkan pacaran.
Suatu saat si ayah mengatakan bahwa pemberiannya dikurangi Rp3.000 per bulan, si ayah sudah keberatan. Namun, si anak berontak, karena artinya dia harus kehilangan kenikmatannya selama ini. Dia lalu demo, teriak-teriak, meminta keadilan.
Harga Pertalite seharusnya Rp14.700/liter, si anak disuruh membayar hanya Rp7.650/liter (sebelum dinaikkan). Subsidi dari si ayah Rp7.000/liter sangat berat. Si ayah terpaksa mengurangi subsidi supaya bebannya agak berkurang.
Anak yang manja seperti analogi Denny, bakalan demo, teriak-teriak, menangis dan menempatkan diri sebagai anak kecil (rakyat kecil) karena dikurangi kenikmatannya. Padahal maksud pemerintah mengurangi subsidi (dengan menaikkan harga BBM) supaya subsidinya bisa diberikan ke anak lain yang membutuhkan.
Kenapa Malaysia bisa terus memberikan subsidi untuk anaknya meski anaknya sudah mulai mandiri? Penduduk Malaysia ada 30 juta orang, sedangkan penduduk Indonesia hampir 10 kali lipatnya. Ibarat Malaysia anaknya cuma satu, bapaknya kaya. Indonesia anaknya 10, bapaknya jadi terengah-engah.
Aku kudu piye?
Situasi dunia sedang tidak bagus salah satunya akibat perang Rusia-Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda berdamai. Kita harus mulai hidup hemat dan membuang biaya tidak perlu jika ingin tetap bisa menabung.
Harus mencoba mengubah gaya hidup. Misalnya, menjual kendaraan yang boros BBM. Bisa juga beralih pada kendaraan bertenaga listrik. Pada dasarnya, ditekankan Denny, adaptasi adalah kunci. Ada satu hal yang tidak mungkin kita lawan, yaitu perubahan. Jika kita tidak mau berubah, kita akan mati sendiri.
Kilang minyak terbesar di dunia
Kilang minyak adalah fasilitas mengolah atau memurnikan minyak mentah menjadi bermacam produk seperti solar, bensin, minyak tanah, avtur dan lain-lain. Kilang minyak ini memiliki skala kompleksitas yang melibatkan proses pengolahan yang rumit dan membutuhkan keahlian mendalam dari tahap awal hingga commissioning atau pengujian dan pengoperasian.
Di Indonesia, kilang yang dimiliki (dikelola oleh Pertamina) adalah kilang tambang, bukan kilang pengolahan. Beberapa negara lain yang memiliki kilang minyak terbesar di dunia yakni:
1) Jamnagar Refinery (India) milik perusahaan Reliance Industries Limited, memproduksi 1,24 juta barel/hari.
2) Kilang minyak Ulsan (Korea Selatan) milik SK Energy, memproduksi 1,12 juta barel/hari.
3) Komplek kilang minyak Paraguana (Venezuela) milik Shell, memproduksi 971.000 barel/hari.
4) Kilang minyak Yeosu (Korea Selatan) milik Chevron dan GS Group, memproduksi 730.000 barel/hari.
5) Kilang minyak Onsan (Korea Selatan) milik S-Oil, memproduksi 669.000 barel/hari.
6) Kilang minyak Singapura (Singapura) milik ExxonMobil, memproduksi 605.000 barel/hari.