Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Kemerdekaan ke-77 RI agar "Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat"

26 Agustus 2022   23:29 Diperbarui: 27 Agustus 2022   20:34 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proklamasi. Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan, dll diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta, 17 Agustus 1945. Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno-Hatta.

Demikian adalah wujud puncak perjuangan bangsa Indonesia demi meraih kemerdekaan. Setelah melalui jalan panjang dan berliku. Kini generasi muda bertanggungjawab untuk mengisi kemerdekaan dengan jiwa patriotisme dan nasionalisme.

Lomba-lomba dilakukan sebagai salah satu cara mengisi kemerdekaan. Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda Bumi Pertiwi, perayakaan-perayaan yang mengundang kerumunan harus ditahan. Merdeka kok ditahan? Merdeka di rumah masing-masing. Merdeka mengendalikan diri.

Pada suatu hari Minggu malam, di RT tempat tinggalku dilakukan pertemuan. Dalam acara warna sari, Pak RT mewacanakan malam tirakatan. Aku ditunjuk menjadi koordinator. Mateng. Aku masih muda, canggung untuk mengoordinir acara di antara bapak-bapak lain.

Belum ada instruksi dari pemkot, apakah boleh mengadakan kegiatan malam tirakatan. "Disiapkan saja," ujar Pak RT. Seperti biasa, pemda suka memberikan instruksi mendadak, pokoknya jadi.

Hari berganti, merangkak mendekati detik-detik proklamasi. Haruskah aku kerahkan para pemuda untuk menculik golongan tua ke tempat aman agar terhindar dari pengaruh lawan? Perayaan proklamasi kemerdekaan harus segera dilakukan!, demikian imajinasiku membayangkan situasi masa itu. Padahal aku cuma mengajar anak SD di kelas.

Di RT lain, bahkan di kompleks perumahan lain sudah ramai melakukan bermacam perlombaan. Apakah instruksi pemda sudah sampai pada mereka? Atau mereka bertindak mendahului instruksi? Entahlah. Namun tak lama setelahnya, tetanggaku (pengurus RW) meneruskan surat edaran pemkot yang isinya warga diizinkan melakukan lomba-lomba dan malam tirakatan dengan prokes.

Singkat cerita, aku menghubungi pak RT dan para tetua lingkungan untuk meminta nasihat terkait susunan panitia dan gambaran acara. Panitia "tahu bulat". Karena memang dibentuk kurang dari dua minggu sebelum acara. Syukurnya, setiap nama yang ditunjuk sebagian besar menyatakan bersedia.

Tak lupa, aku melibatkan pemuda. Mereka ini nantinya yang akan meneruskan estafet mengisi kemerdekaan. Kira-kira, beginilah rangkaian kegiatan perayaan HUT Ke-77 Kemerdekaan RI di lingkungan RT domisiliku.

Kerja bakti

Bertepatan dengan hari jadi Kota Salatiga ke-1272 (24 Juli), Pemerintah Kota Salatiga menginstruksikan setiap kelurahan untuk melakukan pemasangan umbul-umbul dan bendera merah putih pada 31 Juli - 31 Agustus 2022. Di RT kami, sekalian dilakukan kerja bakti dan pengecatan tepi jalan.

Tak hanya bendera dan umbul-umbul, bapak-bapak berinisiatif membentangkan tali senar melintasi jalan aspal untuk memasang lampu LED berwarna-warni di antara rumah warga. Jalan di RT kami makin meriah saat malam.

Mulanya, hanya RT kami yang memasang lampu warna-warni. Tak lama, diikuti RT lain. Jadilah kampung lampu berwarna. Dekorasi yang meriah ini kiranya mewakili kebangkitan semangat kembali merayakan HUT kemerdekaan RI setelah dikungkung pandemi Covid-19.

Senam bersama dan lomba-lomba

Tujuhbelasan tanpa lomba-lomba bak nasi padang tanpa sambal. Hambar. Dalam penantian arahan pemda ketua RT memintaku menyiapkan konsep acara untuk malam tirakatan. Tidak disinggung tentang lomba-lomba.

Padahal lomba-lomba ini yang memicu daya juang layaknya para pahlawan pejuang kemerdekaan. Kalau hanya malam tirakatan, serunya di mana? Hanya sambutan-sambutan, lalu makan, terus pulang?

Syukurnya, kurang dua minggu dari hari-H, panitia sudah terbentuk dan segera melakukan rapat perdana di rumah Pak RT. Acara dimulai dengan doa pembuka, sambutan ketua RT lalu pembacaan susunan panitia. Dilanjutkan dengan pembahasan acara, anggaran dan warna sari.

Acara lomba diawali dengan senam bersama, dilaksanakan tanggal 14 Agustus 2022 jam 15.00 WIB. Disebabkan waktu yang mendesak dan kesibukan tiap panitia, hanya disiapkan dua lomba yakni estafet sarung dan estafet tepung. Konsepnya tim keluarga terdiri dari unsur bapak, ibu dan anak.

Keseruan warga mengikuti lomba | dokumentasi pribadi
Keseruan warga mengikuti lomba | dokumentasi pribadi

Pada rapat kedua, panitia mengusulkan ditambah satu lomba yang meriah tapi mudah persiapannya. Sebab jika hanya dua lomba itu akan cepat selesai. Kurang greget. Akhirnya disepakati makan kerupuk sebagai tambahan lomba.

Senam dan semua lomba diikuti oleh hampir semua warga, dengan suasana meriah dan antusias tinggi. Sempat gerimis saat senam, membuatku was-was, bakal bubar jika hujan. Batal lomba. Namun, gerimisnya cuma numpang lewat. Sehingga perlombaan tetap terlaksana. Inilah momen pulih bersama dalam merayakan kemerdekaan Republik Indonesia.

Malam tirakatan

Penutup rangkaian acara tujuhbelasan yakni malam tirakatan, tanggal 16 malam. Disebabkan persiapan mendadak, panitia sampai lupa menganggarkan untuk tratak dan panggung. Padahal malam puncak perayaan kemerdekaan bangsa, masa tidak pakai tratak dan panggung... Tidak greget.

Syukurnya, sie perkap sudah senior. Dengan jejaring yang dimiliki, beliau bergerak sat-set untuk mencari persewaan tenda dan tratak dengan persetujuan panitia melalui grup WA. Syukur donasi dari warga juga surplus.

Warga antusias mengikuti malam tirakatan | dokumentasi pribadi
Warga antusias mengikuti malam tirakatan | dokumentasi pribadi

Tanggal 16 petang, setelah semua ornamen terpasang, hujan turun cukup deras. Ngalamat tirakatan di rumah masing-masing nih... Sudah tepat langkah panitia memasang tratak, meski hanya untuk panggung. Jelek-jeleknya, jika turun hujan sambutan tetap bisa disampaikan, warga menyimak dari teras masing-masing.

Anak-anak berjoget sebelum menerima hadiah | dokumentasi pribadi
Anak-anak berjoget sebelum menerima hadiah | dokumentasi pribadi

Tapi selepas maghrib hujan betulan berhenti. Langit tahu bahwa kami akan mengadakan malam tirakatan, jadi tak dijatuhkannya air.

Bersyukur, acara malam tirakatan berjalan lancar. Sambutan-sambutan, pembacaan proklamasi, refleksi kemerdekaan, pemberian hadiah dan doorprize, koor dari ibu-ibu dan band pengiring, santap malam dengan nasi liwet, mantab! Semua senang, semua menang.

Demikianlah rangkaian acara perayaan HUT Kemerdekaan ke-77 RI. Api semangat harus terus dinyalakan demi mengisi kemerdekaan. Kiranya Indonesia bisa "Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat". MERDEKA!!! --KRAISWAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun