Hal ini sesuai SKB 4 menteri terkait pelaksanaan pembelajaran di era pandemi. "Lama waktu penghentian pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan: a) paling sedikit 7 (tujuh) hari bagi rombongan belajar yang terdapat klaster penularan Covid-19, b) paling sedikit 5 (lima) hari bagi rombongan belajar yang bukan klaster penularan Covid-19."
Ganti jadwal, ganti metode belajar
Risiko disadari bersama sejak awal. Meskipun tidak ada yang suka dengan perubahan mendadak ini. Penuh dengan ketidakpastian.
Ada orang tua yang khawatir tentang kesehatan anaknya, apalagi jika imunnya lemah. Begitu tahu ada kasus penularan, orang tua panik. Siapa anak yang tertular, apakah kontak dengan anaknya, dan seterusnya.
Selain orang tua, pihak sekolah, khususnya wakakur juga kelimpungan membuat formasi jadwal. Sebagian onsite, lainnya online. Dua kombinasi ini membutuhkan kejelian dan hikmat supaya jadwalnya tidak bertubrukan.
Perubahan mendadak, harus bagaimana?
Adaptif, itu kuncinya. Dua tahun pandemi hendaknya menambahkan keterampilan hidup kita untuk diterapkan di banyak bidang, termasuk pendidikan.
Dengan mempertimbangkan banyak aspek, jika kasus penularan minim, PBM diberlakukan tatap muka. Jika ada yang tertular, tatap muka dihentikan sementara. Kita harus terbiasa dengan dua model, online dan onsite.
Untuk menjamin pembelajaran (online maupun onsite) butuh kerja sama dari semua pihak. Pemerintah pusat, pemda, pengurus sekolah, orang tua serta seluruh masyarakat. Kelak, saat sudah ditemukan vaksin universal untuk bermacam virus semoga pandemi Covid-19 bisa segera berakhir. Tetap jaga kesehatan, semoga semua dalam lindungan Tuhan. --KRAISWAN