Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ada Futri di Antara Mendag Zulhas dan MinyaKita

12 Juli 2022   15:13 Diperbarui: 12 Juli 2022   22:17 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zulhas menunjukkan MinyakKita | foto: Liputan6.com/Angga Yuniar

"Saya kira background pengalaman saya yang panjang akan banyak membantu segera menyelesaikan ketersediaan minyak goreng dengan harga terjangkau." Demikian ujar Zulhas pada hari pelantikannya sebagai Mendag di Istana Kepresidenan.

Belum sampai sebulan (sejak 15/6/2022) sejak dilantik, Zulhas sudah nampak aslinya. Viral di media sosial dan berita daring, Zulhas membagikan minyak goreng MinyaKita di Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung. Aksi bagi-bagi ini diselenggarakan Partai PAN, di mana Zulhas menjadi ketua.

Dari sini saja sudah keliru. Beginilah risiko memberi tugas pada orang yang multi-jabatan. Kalau benar pembagian minyak goreng ini untuk menolong rakyat, harusnya Zulhas memakai bendera Kementrian Perdagangan, bukan partai PAN. Yang namanya partai, motivasi utamanya pasti kampanye.

Tindak Zulhas ini bukan lagi pencitraan, tapi gamblang di siang bolong di depan banyak media. Setelah mengumbar minyak gratis kepada emak-emak, Zulhas meminta warga setempat memilih anaknya.

Kepada emak-emak, Zulhas melancarkan jurusnya, "...uangnya ndak usah, anu, dikantongi aja, sepuluh ribu yang nanggung Futri... Kasih uangnya, kasih... Tapi nanti pilih Futri ya, OK? Nah kalau pilih Futri entar dua bulan ada deh ginian (pasar murah)..."

Ucapan Zulhas bak oase di padang gurun buat emak-emak. Dapat minyak murah saja sudah senang, apalagi gratis. Tepuk dan sorak membahana datang dari kumpulan emak-emak yang bahagia. Aku justru ji*ik dengan ulah Zulhas. Bukannya menjalankan tugas sebagai menteri perdagangan, malah lugas mengkampanyekan anaknya.

Apa yang ditampilkan Zulhas ini membenarkan teori "Politik adalah tentang kepentingan. Apakah kepentingan bersama (seluruh rakyat), atau kepentingan diri dan keluarga."

Akibat tindakannya, Zulhas mendapat sentilan dari bosnya, Presiden Jokowi. Jokowi mengingatkan agar Zulhas dan para menteri bekerja sesuai tugas. "Saya minta semua menteri fokus bekerja, kalau menteri perdagangan yang paling penting urus seperti yang saya tugaskan," tegas Jokowi.

Jokowi telah menugaskan Zulhas agar menurunkan harga minyak goreng curah menjadi Rp14 ribu atau lebih murah. Teguran ini tidak hanya berlaku bagi Zulhas, tapi pada seluruh jajarannya, khususnya yang berkaitan dengan energi dan pangan. Seperti kita tahu, beberapa bulan ini harga pangan dan energi melonjak akibat perekonomian pascapandemi dan kondisi geopolitik khususnya perang Rusia-Ukraina.

Tentang MinyaKita

Pemerintah meluncurkan minyak goreng kemasan MinyaKita, minyak goreng curah dalam bentuk kemasan. Minyak goreng dalam kemasan ini diharapkan dapat memperluas jangkauan masyarakat dan mengatasi kelangkaan minyak goreng.

MinyaKita merupakan merek dagang milik pemerintah, yakni minyak goreng murah dengan kemasan sederhana seharga Rp14.000/ liter atau Rp15.500/kg. Zulhas menyebut lancarnya distribusi membuat stok dan harga minyak goreng curah dapat terkendali.

Namun, MinyaKita dianggap bukan menyelesaikan masalah utama tentang minyak goreng. Tidak ada garansi harganya akan sama (HET) di seluruh daerah di Indonesia sesuai ekspektasi pemerintah. Hal itu disampaikan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP IKAPPI). Program MinyakKita bisa saja direalisasikan dengan baik asal permasalahan di hulu dibereskan.

Masalah utama yang harus diselesaikan oleh Kemendag yakni rantai distribusi. Rantai distribusi minyak goreng dianggap sangat ruwet, jadi harus diatasi secara ketat, tepat dan akurat. Wilayah Papua, Maluku, Bali dan daerah-daerah lain di luar Jawa masih terkendala dengan distribusi yang mahal. Wilayah tersebut harus diperhatikan pemerintah, dalam hal ini Kemendag.

"Minyak curah tetap, tidak ada perubahan apapun. MinyaKita ini tambahan (opsi)," ujar Zulhas (6/7/2022). Tidak ada perubahan apa pun.

Kenapa tidak sanggup memulihkan minyak kemasan?

Sungguh disayangkan, meski sudah diganti orang, Kemendag tidak becus mengembalikan harga, dan ketersediaan minyak goreng kemasan. Payah. Para mafia sudah ditangkap. Jokowi bahkan sempat menutup kran ekspor bahan baku minyak, lalu direvisi karena petani dan pengusaha sawit menjerit.

Lalu, kenapa tidak sanggup memulihkan minyak goreng kemasan?

Alih-alih memulihkan minyak goreng kemasan, pemerintah justru mengemas minyak curah, dan melabelinya "MinyaKita". Zulhas yang banyak pengalaman itu cuma sanggup mengemas minyak curah sebagai solusi.

Padahal, minyak curah memiliki komponen asam lemak yang lebih tinggi yang menyebabkan minyak mudah rusak. Minyak curah juga tidak jelas asal-usulnya, sempat dilarang karena berbahaya. Kini, justru pemerintah yang menggalakkan minyak curah yang dikemas sebagai alternatif untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng.

Untuk jangka pendek peredaran MinyaKita tidak masalah. Namun, jika pemerintah tidak segera menyelesaikan akar masalah bakal menimbulkan masalah baru, yakni masalah kesehatan masyarakat.

Penutup

Mendag Zulhas hendaknya fokus pada tugas sebagai menteri. Pendistribusian minyak murah seharusnya ada dalam kewenangan menteri perdagangan, bukan partai PAN. Jangan salahgunakan jabatan untuk kampanye. Lagipula, kalau anak Zulhas kapabel dan bisa kerja, rakyat pasti otomatis memilihnya. Setidaknya diteladankan oleh sang ayah yang menangani soal minyak goreng, bukannya membagi gratis sebagai kampanye.

Secara skill dan pengalaman, Zulhas tidak diragukan. Tapi secara integritas, dia sudah menampilkannya pada publik. Dia tidak fokus menjalankan tugas sebagai menteri. --KRAISWAN 

Referensi: 1, 2, 3, 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun