Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Waspada Kebiasaan Menimbun Barang dan 3 Tips Mengatasinya

9 Juni 2022   09:42 Diperbarui: 14 Juni 2022   13:16 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku baru tahu, gejala hoarding disorder dialami oleh bapakku. Gejalanya yaitu:

- sulit membuang barang-barang yang tidak diperlukan
- sulit dalam mengambil keputusan*
- mencari benda lain dari luar rumah agar bisa ditimbun
- merasa cemas atau tertekan saat benda miliknya disentuh orang lain*
- menyimpan barang sampai mengganggu fungsi ruangan
- melarang orang lain membersihkan rumahnya* (tanda bintang sangat dominan di bapak)

Kelainan ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Namun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini yaitu:

- mengalami gangguan mental (depresi, skizofrenia, gangguan obsesif kompulsif)
- dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengajari cara memilah barang
- keluarga menderita hoarding disorder
- pernah ditinggalkan orang yang dicintai
- kehilangan harta benda karena bencana

Semoga bapakku tidak mengalami gangguan mental. Dari cerita ibu, kemungkinan besar gejala yang dialami bapak dari faktor eksternal, yakni dari pola asuh keluarga yang tidak optimal.

Di rumah tempat tinggalku, kami pun memiliki banyak barang, padahal rumahnya sempit. Selain perlengkapan bayi (kebanyakan adalah pemberian dan pinjaman), ada barang-barang keperluan produksi minuman herbal milik istri, belum peralatan tukangku dan kardus bekas.

Tingginya kebutuhan difasilitasi dengan belanja online yang banyak promo dan diskon, menyisakan banyak bekas kemasan seperti dus dan bubble wrap. Kampanye reduce, reuse dan recycle untuk bumi yang lebih hijau belum efisien.

Akhirnya, bekas kemasan itu kami simpan, supaya bisa dipakai kembali saat harus mengirim barang ke luar kota. Masalahnya frekuensi belanja daring lebih banyak dibanding mengirim barang. Jadilah kami penimbun barang juga.

Beberapa hari lalu, kami beberes rumah. Didorong oleh anak bayi yang makin aktif merangkak dan merambat, menjelajahi setiap sudut rumah, kami harus menata barang-barang. Susah-susah gampang melakukannya. Mau dibuang sayang (nah, gejala hoarding disorder nih), tak dibuang bikin sesak.

Supaya barang-barang kurang penting tidak memenuhi rumah, berikut tiga tipsnya:

Harus rajin beberes rumah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun