Tapi... aku belajar. Jika aku membiarkan istri mengerjakan semua itu, dia akan sangat kelelahan. Lalu, bagaimana anak bisa merasakan kasihku? (Ada juga lho, yang sampai anaknya berumur setahun, si ayah belum pernah sekalipun mengganti popok. Mungkin karena jijik.)
5) Menjadi teladan dalam kasih dan ajaran firman Tuhan
Yang terakhir, sekaligus yang paling berat. Punya momongan harus siap menjadi teladan dalam kasih dan ajaran firman Tuhan. Tuhan yang menyatukan suami-istri dalam pernikahan. Tuhan pula yang menitipkan anak pada suami-istri.
Anak harus diajari dan dididik dalam pengenalan yang benar kepada Tuhan Pencipta. Salah satu yang perlu diajarkan adalah mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan segenap kekuatan. Mengasihi Tuhan dicerminkan dari mengasihi sesama.
Itulah sebabnya, keluarga menjadi tempat pendidikan pertama bagi anak. Bukan menunggu anak masuk TK/SD, dan menyerahkan semua pada gurunya. Itu namanya tidak bertanggung jawab.
"haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." Pengajaran ini harus dilakukan di mana pun, kapan pun, dan dalam situasi apa pun.
Penutup
Ulasan ini bukan untuk menakut-nakuti punya anak. Tapi hendaknya disadari, bahwa punya anak bukan hal sekedar bayi lucu dan menggemaskan. Ada tanggung jawab pengasuhan yang harus dipraktikkan oleh suami-istri. Jika siap dengan tanggung jawab seperti di atas, tentu akan sangat baik.
Sebelum punya anak, bereskan dulu diri sendiri. Supaya anak tidak menjadi korban. Dalam perjalanannya orang tua juga harus terus belajar dalam sekolah kehidupan untuk mengasuh anak dengan bertanggung jawab. --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H